Sunday 20 January 2013

salamceria: Jalanin Dulu Aja


Salah satu hobby Kiara adalah melamun. Sambil melow-melow liat salju yang turun lagi di akhir Januari, Kiara sedang ingat ibunya. Sudah lama ternyata Kiara meninggalkan tanah air. Sudah lama dia begitu sendirian. Kiara bersyukur dia mendapat teman-teman yang baik. Teman-teman yang selalu mengutamakan urusan dengan Allah. Kiara juga bersyukur karena sudah menggunakan kerudung sejak dulu. Sejak kejadian masuk SMA waktu itu.

Waktu itu hari pemesanan baju seragam SMA Kiara. Bersama ratusan murid lainnya, Kiara mengantri didepan koperasi sekolah baru. Kiara hanya mengeluarkan senyam-senyum asalnya pada beberapa orang yang tak sengaja bertatapan mata dengannya. Mama Kiara menunggu dengan sabar sambil memakan gorengan di kantin sebelah koperasi.

Gilaran Kiara tiba. Mamanya menyusulnya masuk ke ruangan koperasi yang penuh dengan seragam baru. Menurut penglihatan Kiara, pengurus Koperasinya adalah salah satu guru Kiara kelak. Maka dia dan mama nya sok kenal sok deket sama guru tersebut.

“Kiara, yah? Ukuran bajunya apa?” mungkin karena sudah lelah, guru itu bertanya to the point.

“L, bu.” Tak mau kalah, Kiara juga menjawab seperlunya. Tapi masih dalam batas sopan.

“Oke. Belinya mau berapa pasang, bu? Mau lengkap saja untuk seminggu?” Ibu itu bertanya pada mama Kiara.

“Eh, tapi bu.. Saya mau rok nya panjang. Boleh kan, bu?” Kiara menyela pertanyaan si ibu guru.

“Wah, nak. Di sekolah ini, gak boleh tuh permpuannya pake rok panjang tapi tangan pendek.”

Kiara memang sangat tidak suka memakai rok pendek. Cukup sudah tersiksa duduk tidak bebas selama tiga tahun di SMP. Sudah gerah sendiri harus beranggun-anggun dengan rok pendek yang tidak diciptakan untuk orang yang teledor dalam menempatkan kaki. Kiara agak kecewa. Menganggap sekolah ini, sekolah yang tidak gaul.

“Yah. Kalo gitu seragam saya panjang semua deh, bu. Saya pake jilbab nanti.” Jawab Kiara mantap.

Bukan hanya guru tersebut yang bengong. Mama Kiara juga terheran-heran. Memang selagi SD, Kiara diwajibkan oleh sekolahnya untuk berjilbab. Tapi setelah masuk SMP, Kiara memutuskan untuk melepas Jilbab. Keputusan yang diambil ketika membeli baju seragam juga. Dulu mama Kiara berpikir bahwa Kiara sudah akan terus berjilbab, tapi ternyata Kiara ingin mencoba melepas Jilbabnya ketika SMP. Tapi mama dan papa Kiara selalu menghargai keputusan putri yang satu ini, yang memang kadang-kadang diluar batas pikiran orang normal.

“Ki, kamu beneran mau pake kerudung lagi?” Mama Kiara masih terbengong-bengong.

“Eh, boleh kan mam? Lebih mahal ya bu harganya?” Kiara malah menghawatirkan biaya seragam.

“Engga beda jauh kok, nak.” Jawab Ibu Koperasi. Entah itu masih dalam keadaan kaget atau sedang promosi.

“Loh, masalah biaya sih ga masalah, sayang. Tapi kamu beneran mau pake kerudung?” Mama Kiara mengerutkan kening tanda berpikir.

“Iya mama, sayaaaang. Aku cape pake rok pendek. Gak sanggup deh.”

“Yasudah, bu. Saya beli sepaket seragam muslimahnya.” Mama Kiara cepat-cepat memutuskan. Takut pikiran anaknya berubah lagi.

Kiara seperti baru bangun dari mimpi ketika sampai dirumah dan mencoba seragam barunya. Putih abu-abu dengan lengan dan rok panjang. Kiara bingung. Kenapa dia membeli sepaket seragam itu. Kiara masih terduduk di kasurnya dengan seragam putih abu-abunya sambil melihat kerudung digenggamannya ketika Kaira, kakaknya, memasuki kamar.

“Ki. Kamu beneran pake kerudung sekarang?” Mba Rara kaget melihat Kiara menggenggam kerudungnya.

“Hehe. Iya, tadi Kiki beli seragam ini, mba. Kiki aja masih bingung ini.” Jawab Kiara sambil menyengir.

“Loh, kenapa bingung? Bagus kok, Ki. Alhamdulillah.”

“Tapi aku takut gak bisa istiqomah, mba.”

“Loh, emang kamu kenapa tiba-tiba beli seragam panjang? Mama tadi cerita sih, dia seneng banget, Ki.” Mba Rara menjawab sendiri pertanyaannya.

“Nah, itu dia, mbaaa.. Niatnya aja bukan mau berkerudung. Enak gak sih, mba?”

“Pake kerudung? Dicoba aja dulu, Ki. Dijalanin. Nanti Kiki jawab sendiri pertanyaan Kiki.” Jawab mba Rara bijaksana.

“Gitu yah, mba? Tapi kelakuan Kiara masih begini, mba. Masih jauh banget dari cewek-cewek yang berjilbab.”

“Loh, emang kenapa? Kan dengan berjilbab, kamu jadi malu ngelakuin hal-hal yang gak pantes dilakukan cewek berjilbab, dong? Jadi kamu bisa jaga diri juga. Masa cewek berjilbab nongkrong sepulang pas pulang sekolah? Masa cewek berjilbab mainnya sama laki-laki semua?” Mba Rara nyebutin beberapa kelakuan buruk Kiara selagi SMP.

“Aduh, mba Rara mah nyindir.”

“Makanya, gapapa dong ngejilbabin dulu luarnya, biar dalemnya malu sama luarnya. Ngerti gak?” Kiara mengangguk. “Kiki kan bilang mau jadi anak baik-baik kalo udah SMA.”

“Iya sih, mba. Kiki harus bisa nih.”

“Bisa lah, insyaAllah. Kalo orang bilang, ‘belum siap pake jilbab. Mau jilbabin hati sama perbuatan dulu’, kata mba Rara sih salah, Ki. Pake jilbab dulu, jadi bisa terhindar dari sifat-sifat yang jelek. Hati terlindung, perbuatan tejaga.”

“Iya sih, kak.”

“Masih nyesel?” tembak mba Rara. Kiara mengangguk pelan. Mba Rara menghela napas. “Kenapa nyesel, sayang?” Tanya mba Rara sabar.

“Kiki nyesel gak beli kerudung segitiga tadi, kak. Kiki pake kerudung ini keliatan tambah bulet.” Jawab Kiara santai sambil mencoba lagi kerudung digenggamannya.

Mba Rara hanya mengeleng dan menjitak sayang adiknya yang sudah besar itu. Lalu mengajak Kiara ke kamarnya untuk belajar menggunakan kerudung segitiga.

Kiara tersadar dari lamunannya sambil tersenyum dan langsung mengambil ponselnya lalu mengirim pesan bbm untuk mba Rara. “Terimakasih waktu itu ya, mba. Sekarang aku udah istiqomah pake Jilbab dan menjilbabkan hatiku sedikit demi sedikit.” Lalu Kiara melanjutkan kembali aktivitasnya yang terganggu lamunan panjangnya akan masa lalu.

1 comment :

  1. Wah ceritanya keren. Semoga banyak wanita yg seperti Kiara :)

    ReplyDelete