Salah satu hobby Kiara adalah
melamun. Sambil melow-melow liat salju yang turun lagi di akhir Januari, Kiara
sedang ingat ibunya. Sudah lama ternyata Kiara meninggalkan tanah air. Sudah
lama dia begitu sendirian. Kiara bersyukur dia mendapat teman-teman yang baik.
Teman-teman yang selalu mengutamakan urusan dengan Allah. Kiara juga bersyukur
karena sudah menggunakan kerudung sejak dulu. Sejak kejadian masuk SMA waktu
itu.
Waktu itu hari pemesanan baju
seragam SMA Kiara. Bersama ratusan murid lainnya, Kiara mengantri didepan
koperasi sekolah baru. Kiara hanya mengeluarkan senyam-senyum asalnya pada
beberapa orang yang tak sengaja bertatapan mata dengannya. Mama Kiara menunggu
dengan sabar sambil memakan gorengan di kantin sebelah koperasi.
Gilaran Kiara tiba. Mamanya
menyusulnya masuk ke ruangan koperasi yang penuh dengan seragam baru. Menurut
penglihatan Kiara, pengurus Koperasinya adalah salah satu guru Kiara kelak.
Maka dia dan mama nya sok kenal sok deket sama guru tersebut.
“Kiara, yah? Ukuran bajunya apa?”
mungkin karena sudah lelah, guru itu bertanya to the point.
“L, bu.” Tak mau kalah, Kiara
juga menjawab seperlunya. Tapi masih dalam batas sopan.
“Oke. Belinya mau berapa pasang,
bu? Mau lengkap saja untuk seminggu?” Ibu itu bertanya pada mama Kiara.
“Eh, tapi bu.. Saya mau rok nya
panjang. Boleh kan, bu?” Kiara menyela pertanyaan si ibu guru.
“Wah, nak. Di sekolah ini, gak boleh
tuh permpuannya pake rok panjang tapi tangan pendek.”
Kiara memang sangat tidak suka
memakai rok pendek. Cukup sudah tersiksa duduk tidak bebas selama tiga tahun di
SMP. Sudah gerah sendiri harus beranggun-anggun dengan rok pendek yang tidak
diciptakan untuk orang yang teledor dalam menempatkan kaki. Kiara agak kecewa.
Menganggap sekolah ini, sekolah yang tidak gaul.
“Yah. Kalo gitu seragam saya
panjang semua deh, bu. Saya pake jilbab nanti.” Jawab Kiara mantap.
Bukan hanya guru tersebut yang
bengong. Mama Kiara juga terheran-heran. Memang selagi SD, Kiara diwajibkan
oleh sekolahnya untuk berjilbab. Tapi setelah masuk SMP, Kiara memutuskan untuk
melepas Jilbab. Keputusan yang diambil ketika membeli baju seragam juga. Dulu
mama Kiara berpikir bahwa Kiara sudah akan terus berjilbab, tapi ternyata Kiara
ingin mencoba melepas Jilbabnya ketika SMP. Tapi mama dan papa Kiara selalu
menghargai keputusan putri yang satu ini, yang memang kadang-kadang diluar
batas pikiran orang normal.
“Ki, kamu beneran mau pake
kerudung lagi?” Mama Kiara masih terbengong-bengong.
“Eh, boleh kan mam? Lebih mahal
ya bu harganya?” Kiara malah menghawatirkan biaya seragam.
“Engga beda jauh kok, nak.” Jawab
Ibu Koperasi. Entah itu masih dalam keadaan kaget atau sedang promosi.
“Loh, masalah biaya sih ga
masalah, sayang. Tapi kamu beneran mau pake kerudung?” Mama Kiara mengerutkan
kening tanda berpikir.
“Iya mama, sayaaaang. Aku cape
pake rok pendek. Gak sanggup deh.”
“Yasudah, bu. Saya beli sepaket
seragam muslimahnya.” Mama Kiara cepat-cepat memutuskan. Takut pikiran anaknya
berubah lagi.
Kiara seperti baru bangun dari
mimpi ketika sampai dirumah dan mencoba seragam barunya. Putih abu-abu dengan
lengan dan rok panjang. Kiara bingung. Kenapa dia membeli sepaket seragam itu.
Kiara masih terduduk di kasurnya dengan seragam putih abu-abunya sambil melihat
kerudung digenggamannya ketika Kaira, kakaknya, memasuki kamar.
“Ki. Kamu beneran pake kerudung
sekarang?” Mba Rara kaget melihat Kiara menggenggam kerudungnya.
“Hehe. Iya, tadi Kiki beli
seragam ini, mba. Kiki aja masih bingung ini.” Jawab Kiara sambil menyengir.
“Loh, kenapa bingung? Bagus kok,
Ki. Alhamdulillah.”
“Tapi aku takut gak bisa
istiqomah, mba.”
“Loh, emang kamu kenapa tiba-tiba
beli seragam panjang? Mama tadi cerita sih, dia seneng banget, Ki.” Mba Rara
menjawab sendiri pertanyaannya.
“Nah, itu dia, mbaaa.. Niatnya
aja bukan mau berkerudung. Enak gak sih, mba?”
“Pake kerudung? Dicoba aja dulu,
Ki. Dijalanin. Nanti Kiki jawab sendiri pertanyaan Kiki.” Jawab mba Rara
bijaksana.
“Gitu yah, mba? Tapi kelakuan
Kiara masih begini, mba. Masih jauh banget dari cewek-cewek yang berjilbab.”
“Loh, emang kenapa? Kan dengan
berjilbab, kamu jadi malu ngelakuin hal-hal yang gak pantes dilakukan cewek
berjilbab, dong? Jadi kamu bisa jaga diri juga. Masa cewek berjilbab nongkrong
sepulang pas pulang sekolah? Masa cewek berjilbab mainnya sama laki-laki semua?”
Mba Rara nyebutin beberapa kelakuan buruk Kiara selagi SMP.
“Aduh, mba Rara mah nyindir.”
“Makanya, gapapa dong ngejilbabin
dulu luarnya, biar dalemnya malu sama luarnya. Ngerti gak?” Kiara mengangguk. “Kiki
kan bilang mau jadi anak baik-baik kalo udah SMA.”
“Iya sih, mba. Kiki harus bisa
nih.”
“Bisa lah, insyaAllah. Kalo orang
bilang, ‘belum siap pake jilbab. Mau jilbabin hati sama perbuatan dulu’, kata
mba Rara sih salah, Ki. Pake jilbab dulu, jadi bisa terhindar dari sifat-sifat
yang jelek. Hati terlindung, perbuatan tejaga.”
“Iya sih, kak.”
“Masih nyesel?” tembak mba Rara.
Kiara mengangguk pelan. Mba Rara menghela napas. “Kenapa nyesel, sayang?” Tanya
mba Rara sabar.
“Kiki nyesel gak beli kerudung
segitiga tadi, kak. Kiki pake kerudung ini keliatan tambah bulet.” Jawab Kiara
santai sambil mencoba lagi kerudung digenggamannya.
Mba Rara hanya mengeleng dan
menjitak sayang adiknya yang sudah besar itu. Lalu mengajak Kiara ke kamarnya
untuk belajar menggunakan kerudung segitiga.
Kiara tersadar dari lamunannya
sambil tersenyum dan langsung mengambil ponselnya lalu mengirim pesan bbm untuk
mba Rara. “Terimakasih waktu itu ya, mba.
Sekarang aku udah istiqomah pake Jilbab dan menjilbabkan hatiku sedikit demi
sedikit.” Lalu Kiara melanjutkan kembali aktivitasnya yang terganggu
lamunan panjangnya akan masa lalu.
Wah ceritanya keren. Semoga banyak wanita yg seperti Kiara :)
ReplyDelete