Diawali dari kegiatan SIDIK 3 di
Darmstadt hari Sabtu dan Minggu lalu, aku mulai hari-hari baruku yang penuh
dengan ibadah. InsyaAllah. Minggu ini, Rizka, teman baruku, teman yang
mengajakku ikut SIDIK 3, pindah ke kamar kosong di sebalah kamarku. Kamar itu
baru saja kosong awal bulan ini. Maka Rizka yang memang lagi mencari rumah,
langsung pindah ke kamar itu.
Hari Rabu, Rizka mulai menyicil
memindahkan barang-barangnya. Aku itu ke tempat tinggal Rizka yang lama,
berkenalan dengan beberapa muslimah Indonesia di kota Halle. Banyak. Aku merasa
sangat malu pada diri sendiri. Kenapa aku sampai hati menyembunyikan diri di
kamar, bila ada banyak orang yang menyenangkan?
Aku dan Rizka sampai di rumah
sedikit larut malam. Kami lalu masuk ke kamar masing-masing karena dingin yang
luar biasa. Rasa lelah menyuruh badanku untuk tidur. Tapi aku teringat masih
harus Sholat Isya. Sedikit bandel, aku menunda sholat isya, karena udara dingin
menggodaku untuk diam di bawah selimut. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk
sholat, setelah kaki terasa hangat.
Aku bersiap tidur, selimut,
sweater dan kaus kaki sudah ku pakai. Pemanas ruangan sudah menyala full, tapi
aku masih merasa kedinginan. Pindah berbagai macam posisi, aku tidak bisa
tidur. Aku masih sempat melihat waktu menunjukkan pukul dua dini hari. Setelah
itu aku tidak tersadar lagi. Aku tidur. Pulas.
Ya, aku tidur terlalu pulas. Aku
terbangun pukul setengah sepuluh pagi itu. Tanpa pikir panjang, aku langsung
bergegas ke kamar mandi dan mengambil wudhu. Berharap subrang (subuh
kabeurangan = subuh kesiangan) itu masih diterima. Aku melihat bb, dan ternyata
rizka sudah nge-PING aku pada waktu subuh. Aku menghubungi dia, yang kupikir
sudah ada di kampus.
Ternyata Rizka masih dirumah. Dia
pun bangun kesiangan. Katanya masih Jetlag karena pindah rumah. Alasan ini
digunakannya untuk tidak kuliah hari itu. Rizka mengetuk kamarku dan kami
sarapan bersama. Rizka yang menyadarkan aku, bahwa salju turun. Aku harusnya
sudah melihat saljuu itu dari jendela kamar. Tapi aku ga akan sadar kalo Rizka
ga kasih tau. Aku masih linglung sepertinya.
Hari itu, kemarin, di rencanakan
untuk mengadakan Liqo. Mengaji bersama, meningkatkan ibadah di tengah menuntut
ilmu. Liqo di kota Halle in ada dua. Untuk perempuan, dan untuk laki-laki. Aku
kurang begitu tau kalo yang laki-laki gimana jalaninnya. Liqo kemarin, diadakan
di Rumah Neta, yang ternyata tidak jauh dari tempat tinggalku.
Aku berkenalan lagi dengan
beberapa Muslimah Halle yang lain. Beberapa ada yang sudah ku kenal, karena
kemarinnya menemani Rizka mengambil barang. Ada Heni juga, adik Stufen ku yang
baik hati itu. Dan dengan tidak diduga, ada adik kelasku di 47. Kenal wajah,
tapi takut salah, ternyata benar wajahnya familiar karena kami pernah berada di
bawah atap yang sama selama dua tahun, di SMAN 47 Jakarta.
Liqo hari itu, diawali dengan
sholat Ashar berjamaah. Dilanjutkan dengan membawa Al-quran bergantian disertai
pembacaan artinya. Lalu dilanjutkan dengan membahas mengenai tawakal. Dimana
kita diperintahkan untuk bertawakal, menyerahkan semua kepada Allah swt,
setelah berusaha memberikan yang terbaik.
Liqo di akhiri dengan sholat
Magrib berjamaah, selingan permainan piano yang sangat romantis itu, dan sesi
curhat. Alhamdulillah dengan adanya liqo, beberapa masalah bisa kemungkinan di
dapatkan. Seperti Heni yang bingung mencari tempat Vorpraktikum dan ternyata Neta
punya kemungkinan jalan keluarnya.
Selingan Piano yang Romantis saat Liqo |
Rizka memberi tahu teman-teman
Liqo, bahwa ternyata malam itu ada acara Stammtisch (kumpul-kumpul gitu deh)
dengan MHG Halle (Muslimische Hochschule Gruppe Halle, perkumpulan mahasiswa
muslim di Halle). Rizka mendapat kabar tersebut dari mba Katharina (dipanggil
MbaKet), seorang muslimah berdarah Jerman yang fasih bahasa Indonesia.
Sayangnya, tidak semua bisa ikut.
Hanya setengahnya yang bisa ikut. Sepulang Liqo di rumah Neta, kami mampir dulu
ke rumahku dan Rizka. Ternyata, kami sempatkan untuk sholat isya berjamaah
terlebih dahulu. Lalu kami juga sempatkan mengisi perut dan berfoto-foto dulu
di Weinachtsmarkt (Pasar Natal) di Marktplatz Halle.
Isi perut dan sesi foto di Weinachtsmarkt |
Sekitar pukul delapan malam, kami
sudah berkumpul di satu ruangan di sebuah kedai makanan di Halle. Makanannya
halal, tentu saja. Kami yang sudah kenyang, hanya meminum teh panas. Ruangan
penuh. Orang Hungari, Yaman, Indonesia dan beberapa negara lainnya berkumpul
jadi satu. Hanya Islam yang menyamakan kami. Suasana terasa hangat dengan
adanya senda gurau dari mahasiswa kedokteran senior. Juga dari yang lain
menambahi.
Muslimische Hochschule Gruppe in Halle |
Kami diminta menandatangani
selembar kertas untuk permintaan pengadaan Mushola di MLU
(Martin-Luther-Universitaet) Halle. Ya,
kami sedang berjuang untuk memiliki Mushola di Universitas kami tercinta ini.
Agar sholat pun menjadi nyaman. Kami juga diminta untuk meminta tanda tangan
dari teman-teman Indonesia. Semoga misi ini berjalan lancar yah. Aamiin..
Kemarin termasuk dalam hari terbaikku.
Aku mempertabal iman sambil mengenal kawan-kawan baru. Subhanallah sekali. Akan
kutuliskan beberapa kisah kami selanjutnya. Akan kutuliskan letak mushola baru
kami di Uni (InsyaAllah Aamiin..). Semoga aku dan teman-teman yang lain tetap
istiqomah.
blog baru
ReplyDelete