Friday 7 December 2012

Memulai Buku Baru


Diawali dari kegiatan SIDIK 3 di Darmstadt hari Sabtu dan Minggu lalu, aku mulai hari-hari baruku yang penuh dengan ibadah. InsyaAllah. Minggu ini, Rizka, teman baruku, teman yang mengajakku ikut SIDIK 3, pindah ke kamar kosong di sebalah kamarku. Kamar itu baru saja kosong awal bulan ini. Maka Rizka yang memang lagi mencari rumah, langsung pindah ke kamar itu.

Hari Rabu, Rizka mulai menyicil memindahkan barang-barangnya. Aku itu ke tempat tinggal Rizka yang lama, berkenalan dengan beberapa muslimah Indonesia di kota Halle. Banyak. Aku merasa sangat malu pada diri sendiri. Kenapa aku sampai hati menyembunyikan diri di kamar, bila ada banyak orang yang menyenangkan?

Aku dan Rizka sampai di rumah sedikit larut malam. Kami lalu masuk ke kamar masing-masing karena dingin yang luar biasa. Rasa lelah menyuruh badanku untuk tidur. Tapi aku teringat masih harus Sholat Isya. Sedikit bandel, aku menunda sholat isya, karena udara dingin menggodaku untuk diam di bawah selimut. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk sholat, setelah kaki terasa hangat.

Aku bersiap tidur, selimut, sweater dan kaus kaki sudah ku pakai. Pemanas ruangan sudah menyala full, tapi aku masih merasa kedinginan. Pindah berbagai macam posisi, aku tidak bisa tidur. Aku masih sempat melihat waktu menunjukkan pukul dua dini hari. Setelah itu aku tidak tersadar lagi. Aku tidur. Pulas.

Ya, aku tidur terlalu pulas. Aku terbangun pukul setengah sepuluh pagi itu. Tanpa pikir panjang, aku langsung bergegas ke kamar mandi dan mengambil wudhu. Berharap subrang (subuh kabeurangan = subuh kesiangan) itu masih diterima. Aku melihat bb, dan ternyata rizka sudah nge-PING aku pada waktu subuh. Aku menghubungi dia, yang kupikir sudah ada di kampus.

Ternyata Rizka masih dirumah. Dia pun bangun kesiangan. Katanya masih Jetlag karena pindah rumah. Alasan ini digunakannya untuk tidak kuliah hari itu. Rizka mengetuk kamarku dan kami sarapan bersama. Rizka yang menyadarkan aku, bahwa salju turun. Aku harusnya sudah melihat saljuu itu dari jendela kamar. Tapi aku ga akan sadar kalo Rizka ga kasih tau. Aku masih linglung sepertinya.

Hari itu, kemarin, di rencanakan untuk mengadakan Liqo. Mengaji bersama, meningkatkan ibadah di tengah menuntut ilmu. Liqo di kota Halle in ada dua. Untuk perempuan, dan untuk laki-laki. Aku kurang begitu tau kalo yang laki-laki gimana jalaninnya. Liqo kemarin, diadakan di Rumah Neta, yang ternyata tidak jauh dari tempat tinggalku.

Aku berkenalan lagi dengan beberapa Muslimah Halle yang lain. Beberapa ada yang sudah ku kenal, karena kemarinnya menemani Rizka mengambil barang. Ada Heni juga, adik Stufen ku yang baik hati itu. Dan dengan tidak diduga, ada adik kelasku di 47. Kenal wajah, tapi takut salah, ternyata benar wajahnya familiar karena kami pernah berada di bawah atap yang sama selama dua tahun, di SMAN 47 Jakarta.

Liqo hari itu, diawali dengan sholat Ashar berjamaah. Dilanjutkan dengan membawa Al-quran bergantian disertai pembacaan artinya. Lalu dilanjutkan dengan membahas mengenai tawakal. Dimana kita diperintahkan untuk bertawakal, menyerahkan semua kepada Allah swt, setelah berusaha memberikan yang terbaik.

Liqo di akhiri dengan sholat Magrib berjamaah, selingan permainan piano yang sangat romantis itu, dan sesi curhat. Alhamdulillah dengan adanya liqo, beberapa masalah bisa kemungkinan di dapatkan. Seperti Heni yang bingung mencari tempat Vorpraktikum dan ternyata Neta punya kemungkinan jalan keluarnya.

Selingan Piano yang Romantis saat Liqo
Rizka memberi tahu teman-teman Liqo, bahwa ternyata malam itu ada acara Stammtisch (kumpul-kumpul gitu deh) dengan MHG Halle (Muslimische Hochschule Gruppe Halle, perkumpulan mahasiswa muslim di Halle). Rizka mendapat kabar tersebut dari mba Katharina (dipanggil MbaKet), seorang muslimah berdarah Jerman yang fasih bahasa Indonesia.

Sayangnya, tidak semua bisa ikut. Hanya setengahnya yang bisa ikut. Sepulang Liqo di rumah Neta, kami mampir dulu ke rumahku dan Rizka. Ternyata, kami sempatkan untuk sholat isya berjamaah terlebih dahulu. Lalu kami juga sempatkan mengisi perut dan berfoto-foto dulu di Weinachtsmarkt (Pasar Natal) di Marktplatz Halle.

Isi perut dan sesi foto di Weinachtsmarkt
Sekitar pukul delapan malam, kami sudah berkumpul di satu ruangan di sebuah kedai makanan di Halle. Makanannya halal, tentu saja. Kami yang sudah kenyang, hanya meminum teh panas. Ruangan penuh. Orang Hungari, Yaman, Indonesia dan beberapa negara lainnya berkumpul jadi satu. Hanya Islam yang menyamakan kami. Suasana terasa hangat dengan adanya senda gurau dari mahasiswa kedokteran senior. Juga dari yang lain menambahi.

Muslimische Hochschule Gruppe in Halle
Kami diminta menandatangani selembar kertas untuk permintaan pengadaan Mushola di MLU (Martin-Luther-Universitaet) Halle.  Ya, kami sedang berjuang untuk memiliki Mushola di Universitas kami tercinta ini. Agar sholat pun menjadi nyaman. Kami juga diminta untuk meminta tanda tangan dari teman-teman Indonesia. Semoga misi ini berjalan lancar yah. Aamiin..



Kemarin termasuk dalam hari terbaikku. Aku mempertabal iman sambil mengenal kawan-kawan baru. Subhanallah sekali. Akan kutuliskan beberapa kisah kami selanjutnya. Akan kutuliskan letak mushola baru kami di Uni (InsyaAllah Aamiin..). Semoga aku dan teman-teman yang lain tetap istiqomah.
   

1 comment :