Friday 16 December 2016

Setangkai Mawar


Hari ini aku mekar sempurna.
Tuanku telah merawatku dari kuncup.
Rencana makan malam romantis juga sudah sempurna.
Dengan lilin-lilin di meja dua kursi,
piring-piring pun sudah disiapkan.
Aku sebagai pusatnya,
dengan cincin manis tersembunyi diantara kelopakku.

Sekarang tuanku sedang menjemput sang terkasih.
Tapi sepertinya ia lupa sesuatu,
tuanku lupa mematikan api di dapur.
Lalu tiba-tiba,
semua jadi panas, merah dan berasap.
Aku tau cara memadamkannya,
ada pemadam api rumahan di bawah tangga.
Atau aku bisa menelepon nomor darurat,
tuanku punya telepon rumah di dekat kamarnya.

Tapi aku tidak punya tangan,
aku tak juga punya kaki.
Bahkan aku tak punya mulut.
Aku hanya bisa menunggu dan menyaksikan.
Siapa yang akan sampai terlebih dulu?
Apakah tuanku akan sampai tepat waktu,
dan menyelamatkan aku?
Atau api itu lebih dulu menghampiri,
dan menyudahi aku?
»»  Read More...

Friday 13 May 2016

Kopi dan Nilai

Lama ya aku masih gak nulis lagi juga. Kayaknya aku terkena penyakit terlalu-cemas nih.. Sama ini dan itu. Segala sesuatu lagi dipikirin. Mulai dari pola makan, makanannya, jadwal tidur, pelajaran, minum kopi, temen, saudara, ini dan itu dan ini dan itu sampe mikirin masa depan. Terus jadinya tiap mau nulis, malah curhat. Jadi cuma berujung di jurnal atau recycle bin. Hehehehe..

Nah, ini ada satu pikiran istimewa. Salah satu hasil diskusi sama sahabat aku di Indonesia. Aku memang senang berdiskusi. Sama dia, karena dia ini laki, diskusinya lebih ke arah saling mengenal lawan jenis. Sering kali aku melarang dia untuk mendekati perempuan ABCDEF. Kalo dia lebih sering nyadarin aku dari khayalan aku yang kadang suka ketinggian. Tulisan kali ini, aku tulis berdasarkan sudut pandang aku atas pikiran kami. 

Jadi, menurut aku: Manusia itu bisa berubah.
Berubah perlahan. Waktu yang menjawab segalanya. Segalanya bisa berubah. Mulai dari cara berpakaian, jenis kopi yang diminum, sifat, perasaan, warna kesukaan, dan lain lain deh. Tapiii, semua berubah dengan sebab. Ada satu atau dua hal yang nyangkut banget dihati saat itu. Sesuatu yang bisa bikin kita berubah. Mencoba hal yang baru itu, membuat pilihan dengan hal yang tidak disangka. Semua ada waktu dan alasannya.

Contoh:
Dulu, selagi SMA, aku ikut Keputrian. Ekstrakulikuler rohani islam untuk perempuan. Ada mentoring, kegiatan yang biasanya dilakukan seminggu sekali membahas dan belajar agama islam. Gurunya adalah alumni keputrian juga. Aku sebenernya seneng belajar agama lebih dalam, tapi karena sibuk rapat osis dan bentrok sama ekskul lain, jadi mungkin aku cuma ikut sebulan sekali saja. Hari itu kebetulan aku masuk mentoring dan bahasannya: Adab berpakaian seorang muslimah. Aku langsung ngantuk karena sebenernya tau adabnya. Pake rok lah, kaos kaki lah, jilbabnya diturunin lah, ini lah itu lah. Tapi waktu itu aku masih pura-pura gak mau denger. Aku ingat salah satu perbincangan aku dengan salah satu kakak mentor.
Aku : Aku sebenernya mau kak pake rok kayak kakak. Tapi, aku kemana-mana masih pake metro mini, angkot, ojek.. 
Kakak : Terus kenapa?
Aku : Ya ngejar metro mini gak gampang kalo pake rok, kak.. Naik ojek, aku gabisa duduk miring..
Kakak : Kan bisa pake celana lagi, dek.. Cari yang nyaman, kalo perlu kita belanja bareng.
Aku : Gerah kaaak.. Kakak enak kemana-mana udah pake mobil.
Kakak : Ah banyak alasan kamu.. Pelan-pelan aja, jangan maksain. Yang penting udah ada niat.
Terus dia senyum manis banget sampe aku merasa bersalah. Walau panas banget sore itu, si kakak dengan segala penutup auratnya, ga keliatan kepanasan sama sekali. Padahal aku, emang udah berjilbab, tapi lengan baju kadang masih digulung. Heheheh.. Aku masih berpakaian dengan gayaku kalo diluar sekolah. Celana jeans, kaos lengan panjang atau kemeja, kerudung seadanya, sneakers atau sendal jepit sebagai alas kaki. Kaos kaki, hmm.. No.
Sampai sekitar empat tahun dari percakapan itu. Di Jerman, aku dapet pelajaran lagi tentang adab berpakaian untuk perempuan. Gayaku sekarang berubah. Total. Aku pake rok. Hahahahha.. Padahal pelajarannya sama. Lingkungan juga gak beda jauh. Tapi mungkin pola pikir semakin dewasa, dan hati juga semakin tau mana yang hitam dan yang putih. Mungkin saat nanti aku ketemu kakak mentor yang itu, aku bakal bilang, "Kak, sekarang aku udah bisa ngejar tram walau pake rok."

Ok. Mungkin itu terlalu agama banget omongannya. Tapi itu salah satu perubahan aku. Ada satu contoh lagi.
Aku peminum kopi. Aku ingat aku sudah minum kopi saschet sejak SMP. Kalo makan diluar, minumnya selalu yang berbau kopi. Walau memang masih kopi saschet atau kopi dengan eskrim vanilla. Manis. Keluargaku memang penikmat kopi. Jadi selalu ada kopi di rumah. Orang tua juga gak melarang kami meminum kopi, karena bagus juga untuk kami yang punya darah rendah. Tapi sejak itu aku jadi ketergantungan. Sehari saja tidak minum kopi, kepalaku pusing. Sampai akhirnya ada satu orang yang berhasil merubah kebiasaanku yang satu ini. Dia membuang semua kopi yang aku punya (aku udah di Jerman). Dan berhasil. Dua tahun penuh hidup tanpa kopi dan tanpa pusing lagi. Tapi dua tahun itu aja. Orangnya ilang, ketergantungan aku sama kopi malah menjadi. Tapi bedanya, karena satu kalimat sederhana, kopiku berubah. Aku racik sendiri kopi instant ku. Cuma kopi dan susu. Ya, sesekali minum Cappuccino, Latte atau kopi kopi lain. Tapi, tanpa gula. Sekali-kali aja pake gula kalau emang ngerasa lagi butuh gula. Kalimat nya: 
"Kopi aku pahit, biar aku inget. Hidup tuh gak cuma manis doang."

Itu dua contoh yang aku alamin sendiri. Masih ada sebenernya contoh-contoh lainnya. Tapi gak akan lah aku tulis semua disini. Nanti yang ada malah curhat. Hahahha.. Pokoknya semua bisa berubah. Tadinya iya, jadi enggak banget. Tadinya engga, jadi iya banget. Pasti ada alasan kenapa. Entah baca sesuatu, omongan orang yang dia percaya atau bahkan penjelasan yang tertunda. Dan waktunya, engga bentar. Bisa sejam, sehari, setahun, sewindu, sedekade atau bahkan seabad. Percaya deh, aku bahkan perlu satu windu untuk merubah sesuatu. Dan perubahan yang satu ini, yang paling lama ini, ternyata yang paling berarti. Kapan-kapan akan aku ceritakan. Sabar yaaa.. It's worth to wait.

Kalo sahabatku ini, bilangnya: Emang susah kalo mau dapet sesuatu yang kebangetan bagus.
Semua benda, hidup atau mati, pasti punya harga. Sebagian besar tergantung dari cara mendapatkannya. Kalau barang itu susah dibuat atau sangat langka, pasti harganya mahal. Ya beda lah sama harga kacang tanah yang bisa kita beli hampir dimana aja. Dan saat sesuatu berharga mahal sekali, akan banyak usaha dan pengorbanan yang harus kita hadapi. Dan untuk itu, kita butuh waktu.

Contoh:
Gampang aja deh. Kamu pengen hp keluaran terbaru. Kamu pasti bakal nabung bahkan kalo perlu kerja buat dapetin itu kan? Atau misalnya nilai ulangan. Untuk dapetin nilai yang bagus, kamu pasti belajar dari jauh-jauh hari, relain waktu nonton atau hang out cuma buat ke tempat bimbel atau duduk di meja belajar seharian. Atau mungkin contoh yang kekinian, untuk dapetin pemandangan yang bagus dipuncak gunung, kamu harus mendaki dulu, cape dan harus sabar karena itu gak sebentar. Tapi pada saatnya, kamu bakal dapet yang terbaik. Walau mungkin melenceng dari ekspetasi. Misalnya warna hp yang didapet gak sesuai sama yang kita mau, atau nilainya ternyata gak sebagus yang kita kira, atau pemandangannya gak seperti apa yang kita bayangin. Cuman mungkin, warna hp yang ini ternyata lebih serasi sama warna kesukaan kita yang lain. Jadi gak melulu itu warnanya. Atau mungkin ternyata dengan nilai segitu, kita jadi gak termasuk anak-anak yang dicurigai guru-guru karena nilainya mendadak bagus. Atau ternyata pemandangannya malah lebih indah dari yang kita kira selama ini. Gak ada yang tau.
Usaha kita yang akan dilihat untuk mendapatkan sesuatu yang bagus itu. Walau gak sesuai ekspetasi, mungkin ada banyak hikmah yang tak terduga didalamnya. Yang terpenting, usahanya.

Atau contoh lain misalnya:
Sahabatku ini laki-laki. Kebanyakan, laki-laki tuh gak bisa kalo gak punya tempat buat manja (pacar atau pasangan atau cuma gebetan malah). Katanya sih buat motivasi. Dan sahabatku ini, gak perlu banyak usaha lah buat dapetin pasangannya. Tapi gak lama dia chat aku, udah selesai sama si A. Atau nanti chat lagi isinya, si B selingkuh. Atau ada lagi isinya, si C kayaknya udah punya pacar deh. Dan chat-chat lainnya. Dan aku selalu menghela napas, kadang ngurut dada kalo dia udah curhat masalah begini. Sampai suatu hari dia cerita lagi deketin wanita lain. Katanya yang ini beda. Aku udah gak niat baca chat nya dia. Paling tipe wanitanya sama lagi. Sampai dia cerita lebih lanjut, sampai kasih fotonya ke aku. Ternyata beda. Dari foto aja, sudah terlihat dia pintar, sopan dan berkarakter. Dan wanita ini manis. Sangat manis. Untuk pertama kalinya aku mendukung seratus persen semua langkah-langkah dia. Gak gampang tapi bu, pak.. Wanita ini terlalu mahal menurutku. Tapi usaha sahabatku juga banyak sekali. Dia perlahan menunjukkan sisi positifnya. Bahkan dia mengerjakan sesuatu yang tertunda dalam waktu singkat, dengan wanita ini sebagai motivasinya. Sekarang, sayangnya belum dia mendapatkan wanita yang menurut kami sangat berharga ini. Biarlah waktu yang menjawab kawan.. Setidaknya waktu sudah melihat usahamu.

Apa hubungan dari pendapat aku dan sahabatku?
Waktu adalah jawaban dari segalanya.
Coba banyangkan, sesuatu yang menurut kita terbaik dan tak bisa kita dapatkan saat ini, akan menjadi milik kita nanti. Karena dia akan berubah. Sekalipun kita tidak mendapatkan sesuatu itu, pasti akan ada yang terbaik untuk kita suatu saat nanti.
»»  Read More...

Tuesday 3 May 2016

Puisi (?)

Kilau matamu bagai raik banyu segara anak,
Sejuk menusuk hingga ketulang rusuk.
Kilas senyummu bagai cerah mentari di pagi ini.
Senan tiasa di nanti di puncak gunung tertinggi.

Dinginnya udara malam hari di mandalawangi menusuk hingga ketulang rusukku, 
Ingin sekaliku memelukmu dan kupastikan kau adalah tulang rusukku.

Canda tawamu bagai gugusan ribuan bintang di malam hari yang indah tak bisa terlukiskan.

Setangkai edelweis kau rangkai di hati ini sebagai lambang cinta abadi.
Bukan mawar bukan melati, ku hanya ingin kembang cantigi sebagai pengobat rindu di hati.

Sayangku,
Hanya kepadamu sebenarnya kulabuhkan hati ini dalam lelah perjalanan.
Ku ingin selalu bersama denganmu hingga tubuhku terbujur kaku kupeluk erat dalam genggamku.



Jadi ceritanya, kemarin bangun tidur siang ada yang line begini. Sampe lima menit kayaknya aku bolak balik baca beginian. Gak percaya itu tulisan aseli dari otak si sumber. Tapi ya ngakunya begitu. Sampai malem, aku masih nyangka nya itu copas dari internet. Tapi pas aku baca lagi, ada typo dan kurang kata atau kesalahan tanda baca (itu yang aku tulis beneran yang dia kirim, gak kurang dan gak lebih alias di co-pas), akhirnya aku percaya itu bener-bener dari otak dia. Hahahaha.. Oh tambahan komentar dia juga:
"Kerasnya batupun akan bolong seiring terus di teteskan oleh air"
Tambah bingung lah dia makan apa kemarin.. Kayaknnya dia nelen KBBI deh. hahahha.. Oke, jadi postingan kali ini tuh karena aku lagi gak nulis udah lama ini. Karena satu dan lain hal deh pokoknya. Tapi aku jamin bakal ada terusan tulisan #RundUmDieUhr sama ada tulisan-tulisan lain juga. Sabar menunggu ya buat yang ngecek blog aku terus *PD BANGET*. Makasih udah sering mampir ke BiruBicara, bikin aku semangat banget buat nulis. Sampai jumpa di Post selanjutnyaaaaa...


»»  Read More...

Wednesday 16 March 2016

08

Kelas

Ingatanku pada pukul delapan pagi lebih banyak di dalam kelas. Salah satunya di kelas TK B di TK Al-Muttaqin Tasikmalaya. Mungkin saat itu aku sedang mengucap salam pada kedua ibu guruku. Aku sudah tak begitu ingat. Apa masih ada dari kalian yang ingat mata pelajaran saat TK dulu? Palingan hanya belajar membaca dan mewarnai yang paling ku ingat. Rasanya setiap hari kami dapat majalah anak baru untuk dibaca. Oh, aku juga ingat belajar menyanyi. Tepuk polisi, tepuk sambal, tepuk tepuk yang lain yang menurutku sekarang agak memalukan untuk diingat.

Aku juga masih ingat di kelas SD-ku. Kelas 1A, 2B, 3B, 4B, 5B, 6B SD Al-Muttaqin Tasikmalaya. Pelajaran sudah dimulai setengah jam yang lalu. Masih segar apalagi kalau pelajaran pertama adalah Matematika. Tapi itu jarang. Biasanya pelajaran awal itu adalah pelajaran bahasa. Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab ATAU Basa Sunda. Tapi lagi-lagi, ingatanku gak sekencang itu. Mugkin saja aku salah. Cuma seingatnya saja. 

Kalau lagi di SMP Hang Tuah 2? Di kelas 1H aku masih di rumah jam segini mah. Ngerjain PR biasanya. Soalnya aku masuk siang. Tapi masuk kelas 2E dan 3F, jam segini tuh udah jamnya ngantuk. Gimana gak ngantuk? Aku udah siap di sekolah dari jam 05.30. Udah dua jam setengah menerima banyak sekali informasi. Dari mulai gosip baru, sudah dihukum dan menghukum, sudah Pendalaman materi (kelas 3), sudah lelah rasanya. Apalagi kalau guru pelajaran pertama ini membosankan. Sekali-kali aku ijin ke kamar mandi sekedar untuk mencuci muka dan membuang waktu agar cepat-cepat ganti jam pelajaran.

Kelas X-3, XI-IA-5, XII-IA-5 SMAN 47 Jakarta. Jam 8 adalah jam yang paling ditunggu karena jam pergantian pelajaran. Tapi masih belum istirahat. Setidaknya jam 8 adalah waktu untuk peregangan sedikit. Kalau lagi masa Studienkolleg di Nordhausen, jam 8 ini pasti aku udah serius banget dengerin guru ngomong. Dijamin susah ngantuk sih. Sekarang? Kalo lagi kuliah pagi, ya jam delapan udah di kelas, tapi masih santai. Masih awal bab atau dosen baru menyapa.

Kalau libur? Lain lagi ceritanyaaaa.. Aku masih depan laptop. Masih asik sama dunia aku. Kuping masih disumpel sama lagu favorit. Mata masih asik liat layar laptop. Kopi masih ada walau sudah mendingin. Tapi otakku sudah mulai banyak berpikir.

»»  Read More...

Tuesday 15 March 2016

07

Selamat Pagi!

Waktu ini sangat cocok untuk mengucapkan kata "selamat pagi!". Apalagi kalau diucapin langsung dan diiringi seyum. Dijamin orang yang dapet ucapan itu langsung semangat. Aku punya tiga cerita untuk waktu ini. Seperti biasa aku akan melihat waktu yang dulu. Saat aku masih sekolah.

Saat sekolah, jam pagi adalah waktu yang idealnya sudah di kelas. Aku sudah rapih menggunakan seragam sekolahku. Dipastikan sudah sarapan walau hanya beberapa suap kalau sudah kesiangan. Karena aturan kesekian di rumahku adalah, dilarang melangkah dari gerbang rumah sebelum sarapan atau setidaknya membawa bekal dan berjanji akan sarapan. Aku si gak mau ribet bawa bekal, pasti menyendokan beberapa suap nasi ke mulutku sambil masih bersiap di depan cermin. Atau kalo super duper sangat kesiangan, mamah biasanya membawa piring sambil menyuai anak-anaknya. Oh, tak lupa dengan ceramah paginya yang hanya bisa kita jawab "iya, maaa..".

Beda lagi saat awal kuliah. Jam tujuh, walau kadang belum muncul tanda matahari, aku harus memaksa mataku untuk bangun. Karena jika aku telat bangun pada waktu ini, maka aku akan telat atau sama sekali tidak masuk kelas pagi. Rutinitas pagi ku adalah duduk sebentar sambil "ngumpulin nyawa", lalu aku ke dapur masak air sambil raga ku ke kamar mandi untuk bersiap. Bila masih ada waktu, aku sarapan dulu sambil menunggu waktu tepat untuk mengejar tram. Tentunya sarapan roti/pisang dan kopi. Kalau sudah tak sempat, maka keluarlah si termos dari lemari. Mungkin bawaan aturan keluarga, tidak sarapan sama saja cari penyakit. Jadi walaupun kesiangan, kopi, air putih dan bekal sarapan tersimpan rapih di tas. Kalau yang ini tidak sempat juga? Aku mampir ke toko roti dekat kampus. Dimakan dan diminum di kelas. Bebas merdeka. Asalkan aku sarapan dan tidak jadi sakit.

Kalau libur atau ga ada kuliah pagi? Aku seringnya sudah bangun dan sudah ditemani kopi panas dan roti manis (bolu, kue, atau roti isi nutella atau apa kek yang manis-manis). Duduk di depan laptop. Sebentar menonton vlog sacconejoly. Lalu membuka BiruBicara sekedar mengecek komentar atau apapun. Lalu menulis. Entah apa yang ditulis. Sebuah cerita, atau sebuah sapaan "selamat pagi" untuk seseorang.
»»  Read More...

Monday 14 March 2016

06

Briefing.

Dulu saat aku masih memakai seragam putih-biru, aku masuk ekstrakulikuler paskibra. Pasukan Pengibar Bendera. Peraturan di ekskul itu sangat ketat. Ditambah lagi sekolahku yang masih dibawah yayasan angkatan laut. Dan ditambah lagi pembina paskibra ku (yang kebetulan adalah tetanggaku) yang sangat disiplin. Jadilah aku termasuk juga anak yang lumayan disiplin akan waktu. Ya setidaknya sekarang kalo janjian denganku, jarang lah aku pakai waktu Indonesia, yang biasanya +1 jam dari waktu janjian.

Jam enam adalah waktu pengibaran bendera merah putih untuk anak paskibra dan pramuka di sekolahku. Setelah itu kami briefing. Apalagi saat aku menginjak kelas dua dan memegang peran lumayan penting di organisasi sekolah. Semakin lah aku wajib datang di sekolah bahkan sebelum waktu menunjukkan pukul enam pagi. Untungnya rumahku tak jauh dari sekolah. Bisa jalan kaki, naik angkot, atau yang paling ekstrim, ikut tetangga (alias pembina yang super disiplin). Masuk kelas tiga, jam enam aku sudah belajar di kelas. Pendalaman materi. 

Selagi sma, jam enam adalah waktu terlama aku keluar rumah. Karena kalau keluar setelah jam enam, kemungkinan besar aku butuh waktu lebih lama untuk mencapai sekolah. Tidak, tidak begitu jauh jarak rumah ke sekolah. Tapi macetnya jakarta, kau sudah tahu lah... Sekarang? Aku tak jarang juga bangun pukul enam pagi. Tapi setelah itu merasa masih begitu pagi untuk beraktivitas. Jadinya aku kembali menarik selimut, menghilangkan rasa dingin yang menusuk.
»»  Read More...

Sunday 13 March 2016

05

Riweuh.

Ngerti riweuh gak yang bukan orang sunda? Riweuh itu artinya repot atau heboh. Flashback lagi ke jaman masih di rumah dulu. Repot kalo udah jam segini. Gantian mandi. Ada yang udah sarapan. Ada yang masih di kasur. Aku biasanya masih duduk diatas sejadah, udah mandi, tapi belum ganti seragam. Anak si papah itu tiga orang perempuan. Anak pertama kalo mandi bisa lama banget. Bisa setengah jam sendiri. Aku anak kedua. Normal lah, walau kadang mamah suka curiga kalau aku gak mandi. Karena aku termasuk yang cepet. Adik ku, anak ketiga papah, selalu harus di teriakin untuk mandi pagi yang bener. Karena dia termasuk golongan orang yang malas mandi.

Sekarang? Ditanah perantauan yang sendiri. Aku merasa hidupku lagi gak beraturan. Jam lima ya aku masih tarik selimut sampai kepalaku tertutup. Jangan ditiru kawan, aku saja lagi benci sama keseharianku yang sekarang. Aku harus berubah sebisa mungkin. Setidaknya punya jadwal sendiri. Kadang aku memaklumi caraku ini karena aku tau waktu sholat disini sering kali berubah. Sehingga aku tak punya jadwal pasti untuk jam biologisku. Sebenarnya aku sendiri kasihan sama badanku ini. Maaf aku ya, niw..

Hidupku lebih teratur memang saat aku bersama mamah. Aku memang anak mamah yang katanya paling manja. Kata mamah, darah biru sepertinya sedikit mengalir di saluran darahku. Waktu aku pulang ke Indonesia kemarin, hidup aku selama dua bulan itu teratur. Mau tidur semalam apapun, mataku selalu terbuka saat waktu menunjukan pukul lima pagi. Dengan sendirinya ataupun dipaksa terbuka karena mamah membangunkan aku. Lebih sering aku malu jika aku bangun lewat dari jam lima pagi. Keponakan aku yang lucu saja sudah riang menyanyikan lagu anak, masa aku masih tertutup selimut?
»»  Read More...