Friday, 13 May 2016

Kopi dan Nilai

Lama ya aku masih gak nulis lagi juga. Kayaknya aku terkena penyakit terlalu-cemas nih.. Sama ini dan itu. Segala sesuatu lagi dipikirin. Mulai dari pola makan, makanannya, jadwal tidur, pelajaran, minum kopi, temen, saudara, ini dan itu dan ini dan itu sampe mikirin masa depan. Terus jadinya tiap mau nulis, malah curhat. Jadi cuma berujung di jurnal atau recycle bin. Hehehehe..

Nah, ini ada satu pikiran istimewa. Salah satu hasil diskusi sama sahabat aku di Indonesia. Aku memang senang berdiskusi. Sama dia, karena dia ini laki, diskusinya lebih ke arah saling mengenal lawan jenis. Sering kali aku melarang dia untuk mendekati perempuan ABCDEF. Kalo dia lebih sering nyadarin aku dari khayalan aku yang kadang suka ketinggian. Tulisan kali ini, aku tulis berdasarkan sudut pandang aku atas pikiran kami. 

Jadi, menurut aku: Manusia itu bisa berubah.
Berubah perlahan. Waktu yang menjawab segalanya. Segalanya bisa berubah. Mulai dari cara berpakaian, jenis kopi yang diminum, sifat, perasaan, warna kesukaan, dan lain lain deh. Tapiii, semua berubah dengan sebab. Ada satu atau dua hal yang nyangkut banget dihati saat itu. Sesuatu yang bisa bikin kita berubah. Mencoba hal yang baru itu, membuat pilihan dengan hal yang tidak disangka. Semua ada waktu dan alasannya.

Contoh:
Dulu, selagi SMA, aku ikut Keputrian. Ekstrakulikuler rohani islam untuk perempuan. Ada mentoring, kegiatan yang biasanya dilakukan seminggu sekali membahas dan belajar agama islam. Gurunya adalah alumni keputrian juga. Aku sebenernya seneng belajar agama lebih dalam, tapi karena sibuk rapat osis dan bentrok sama ekskul lain, jadi mungkin aku cuma ikut sebulan sekali saja. Hari itu kebetulan aku masuk mentoring dan bahasannya: Adab berpakaian seorang muslimah. Aku langsung ngantuk karena sebenernya tau adabnya. Pake rok lah, kaos kaki lah, jilbabnya diturunin lah, ini lah itu lah. Tapi waktu itu aku masih pura-pura gak mau denger. Aku ingat salah satu perbincangan aku dengan salah satu kakak mentor.
Aku : Aku sebenernya mau kak pake rok kayak kakak. Tapi, aku kemana-mana masih pake metro mini, angkot, ojek.. 
Kakak : Terus kenapa?
Aku : Ya ngejar metro mini gak gampang kalo pake rok, kak.. Naik ojek, aku gabisa duduk miring..
Kakak : Kan bisa pake celana lagi, dek.. Cari yang nyaman, kalo perlu kita belanja bareng.
Aku : Gerah kaaak.. Kakak enak kemana-mana udah pake mobil.
Kakak : Ah banyak alasan kamu.. Pelan-pelan aja, jangan maksain. Yang penting udah ada niat.
Terus dia senyum manis banget sampe aku merasa bersalah. Walau panas banget sore itu, si kakak dengan segala penutup auratnya, ga keliatan kepanasan sama sekali. Padahal aku, emang udah berjilbab, tapi lengan baju kadang masih digulung. Heheheh.. Aku masih berpakaian dengan gayaku kalo diluar sekolah. Celana jeans, kaos lengan panjang atau kemeja, kerudung seadanya, sneakers atau sendal jepit sebagai alas kaki. Kaos kaki, hmm.. No.
Sampai sekitar empat tahun dari percakapan itu. Di Jerman, aku dapet pelajaran lagi tentang adab berpakaian untuk perempuan. Gayaku sekarang berubah. Total. Aku pake rok. Hahahahha.. Padahal pelajarannya sama. Lingkungan juga gak beda jauh. Tapi mungkin pola pikir semakin dewasa, dan hati juga semakin tau mana yang hitam dan yang putih. Mungkin saat nanti aku ketemu kakak mentor yang itu, aku bakal bilang, "Kak, sekarang aku udah bisa ngejar tram walau pake rok."

Ok. Mungkin itu terlalu agama banget omongannya. Tapi itu salah satu perubahan aku. Ada satu contoh lagi.
Aku peminum kopi. Aku ingat aku sudah minum kopi saschet sejak SMP. Kalo makan diluar, minumnya selalu yang berbau kopi. Walau memang masih kopi saschet atau kopi dengan eskrim vanilla. Manis. Keluargaku memang penikmat kopi. Jadi selalu ada kopi di rumah. Orang tua juga gak melarang kami meminum kopi, karena bagus juga untuk kami yang punya darah rendah. Tapi sejak itu aku jadi ketergantungan. Sehari saja tidak minum kopi, kepalaku pusing. Sampai akhirnya ada satu orang yang berhasil merubah kebiasaanku yang satu ini. Dia membuang semua kopi yang aku punya (aku udah di Jerman). Dan berhasil. Dua tahun penuh hidup tanpa kopi dan tanpa pusing lagi. Tapi dua tahun itu aja. Orangnya ilang, ketergantungan aku sama kopi malah menjadi. Tapi bedanya, karena satu kalimat sederhana, kopiku berubah. Aku racik sendiri kopi instant ku. Cuma kopi dan susu. Ya, sesekali minum Cappuccino, Latte atau kopi kopi lain. Tapi, tanpa gula. Sekali-kali aja pake gula kalau emang ngerasa lagi butuh gula. Kalimat nya: 
"Kopi aku pahit, biar aku inget. Hidup tuh gak cuma manis doang."

Itu dua contoh yang aku alamin sendiri. Masih ada sebenernya contoh-contoh lainnya. Tapi gak akan lah aku tulis semua disini. Nanti yang ada malah curhat. Hahahha.. Pokoknya semua bisa berubah. Tadinya iya, jadi enggak banget. Tadinya engga, jadi iya banget. Pasti ada alasan kenapa. Entah baca sesuatu, omongan orang yang dia percaya atau bahkan penjelasan yang tertunda. Dan waktunya, engga bentar. Bisa sejam, sehari, setahun, sewindu, sedekade atau bahkan seabad. Percaya deh, aku bahkan perlu satu windu untuk merubah sesuatu. Dan perubahan yang satu ini, yang paling lama ini, ternyata yang paling berarti. Kapan-kapan akan aku ceritakan. Sabar yaaa.. It's worth to wait.

Kalo sahabatku ini, bilangnya: Emang susah kalo mau dapet sesuatu yang kebangetan bagus.
Semua benda, hidup atau mati, pasti punya harga. Sebagian besar tergantung dari cara mendapatkannya. Kalau barang itu susah dibuat atau sangat langka, pasti harganya mahal. Ya beda lah sama harga kacang tanah yang bisa kita beli hampir dimana aja. Dan saat sesuatu berharga mahal sekali, akan banyak usaha dan pengorbanan yang harus kita hadapi. Dan untuk itu, kita butuh waktu.

Contoh:
Gampang aja deh. Kamu pengen hp keluaran terbaru. Kamu pasti bakal nabung bahkan kalo perlu kerja buat dapetin itu kan? Atau misalnya nilai ulangan. Untuk dapetin nilai yang bagus, kamu pasti belajar dari jauh-jauh hari, relain waktu nonton atau hang out cuma buat ke tempat bimbel atau duduk di meja belajar seharian. Atau mungkin contoh yang kekinian, untuk dapetin pemandangan yang bagus dipuncak gunung, kamu harus mendaki dulu, cape dan harus sabar karena itu gak sebentar. Tapi pada saatnya, kamu bakal dapet yang terbaik. Walau mungkin melenceng dari ekspetasi. Misalnya warna hp yang didapet gak sesuai sama yang kita mau, atau nilainya ternyata gak sebagus yang kita kira, atau pemandangannya gak seperti apa yang kita bayangin. Cuman mungkin, warna hp yang ini ternyata lebih serasi sama warna kesukaan kita yang lain. Jadi gak melulu itu warnanya. Atau mungkin ternyata dengan nilai segitu, kita jadi gak termasuk anak-anak yang dicurigai guru-guru karena nilainya mendadak bagus. Atau ternyata pemandangannya malah lebih indah dari yang kita kira selama ini. Gak ada yang tau.
Usaha kita yang akan dilihat untuk mendapatkan sesuatu yang bagus itu. Walau gak sesuai ekspetasi, mungkin ada banyak hikmah yang tak terduga didalamnya. Yang terpenting, usahanya.

Atau contoh lain misalnya:
Sahabatku ini laki-laki. Kebanyakan, laki-laki tuh gak bisa kalo gak punya tempat buat manja (pacar atau pasangan atau cuma gebetan malah). Katanya sih buat motivasi. Dan sahabatku ini, gak perlu banyak usaha lah buat dapetin pasangannya. Tapi gak lama dia chat aku, udah selesai sama si A. Atau nanti chat lagi isinya, si B selingkuh. Atau ada lagi isinya, si C kayaknya udah punya pacar deh. Dan chat-chat lainnya. Dan aku selalu menghela napas, kadang ngurut dada kalo dia udah curhat masalah begini. Sampai suatu hari dia cerita lagi deketin wanita lain. Katanya yang ini beda. Aku udah gak niat baca chat nya dia. Paling tipe wanitanya sama lagi. Sampai dia cerita lebih lanjut, sampai kasih fotonya ke aku. Ternyata beda. Dari foto aja, sudah terlihat dia pintar, sopan dan berkarakter. Dan wanita ini manis. Sangat manis. Untuk pertama kalinya aku mendukung seratus persen semua langkah-langkah dia. Gak gampang tapi bu, pak.. Wanita ini terlalu mahal menurutku. Tapi usaha sahabatku juga banyak sekali. Dia perlahan menunjukkan sisi positifnya. Bahkan dia mengerjakan sesuatu yang tertunda dalam waktu singkat, dengan wanita ini sebagai motivasinya. Sekarang, sayangnya belum dia mendapatkan wanita yang menurut kami sangat berharga ini. Biarlah waktu yang menjawab kawan.. Setidaknya waktu sudah melihat usahamu.

Apa hubungan dari pendapat aku dan sahabatku?
Waktu adalah jawaban dari segalanya.
Coba banyangkan, sesuatu yang menurut kita terbaik dan tak bisa kita dapatkan saat ini, akan menjadi milik kita nanti. Karena dia akan berubah. Sekalipun kita tidak mendapatkan sesuatu itu, pasti akan ada yang terbaik untuk kita suatu saat nanti.

1 comment :