Wednesday, 22 May 2013

Edisi Kangen 3, Kakak.


Assalamualaikum, kawan kawan..

Setelah kemarin udah ceritain tentang temu kangen sama mamah, papah juga ninit, kali ini, tanpa banyak babibu, aku mau ceritain temu kangennya aku dan kakakku tercinta, mba wini.

Setelah seminggu aku di Jakarta, aku belum juga bertemu kakakku satu-satunya itu. Mba Wini bekerja di Balikpapan. Waktu kerjanya pun sangat padat. Dia bekerja full 4 Minggu dan libur (atau biasa suka dibilang "OFF") selama dua minggu. Tapi kali ini, karena dia akan menikah dan mengajukan cuti, maka mba wini tidak libur di jadwal biasanya. Dia menyelesaikan beberapa tugasnya dulu di Balikpapan, lalu ke Jakarta, tapi itu pun bukan untuk OFF, dia masih harus bekerja di kantor yang di Jakarta. Yaaa, begitulah sekiranya. Memang sibuk jika sudah menduduki kursi karir-berkarir.

Aku malah senang. Walaupun mba wini masih harus bekerja di Jakarta, tapi setidaknya, malam hari, ada waktu untuk kami berlima berkumpul. Aku rindu sekali saat-saat itu. Berkumpul bersama seluruh anggota keluarga, yang sudah jarang kami lakukan bahkan sejak kami di Jakarta. Waktu itu aku SMP dan kakakku sudah ngekos di Bandung. Paling sebulan sekali kami berkumpu bersama, juga saat mba wini mulai kerja di luar pulau Jawa. Apalagi saat aku merantau jauh dari benua Asia. Waktu inilah, saat libur ke Indonesia inilah yang harus kugunakan sebaik mungkin untuk berkumpul bersama keluargaku tercinta.

Aku agak lupa kronologisnya. Aku lupa hari apa waktu itu. Aku juga lupa mba wini pulang naik taksi atau dijemput papa. Karena seperti sudah biasa, mba wini pulang dari luar kota. Yang ku ingat adalah perasaanku waktu itu. Aku sangat-sangat ingin bertemu kakakku tercinta. AKu sangan ingin memeluknya. Aku ingin dipeluk lebih tepatnya. Aku rindu. Rindu dengan nuansa pink dari mulai flat shoes sampai kerudungnya. Walau aku tak suka waran pink. Aku rindu nasihat-nasihat mba wini, mulai dari tentang bagaimana cara belajar, sampai bagaimana cara menghitung kalori.

Aku enatah sedang apa di ruang keluarga sore itu. Aku sedang menunggu sang kakak. Itu saja. Lalu terdengar suara gerbang depan terbuka. Aku langsung berlari keluar. Kakakku datang! Akhirnya aku bisa memeluknya. Kupeluk dia saat dia keluar dari mobil. Badanku seras dua kali lipat dari badannya. Mba Wini sangat langsing. Tapi tak juga begitu kurus. Tingginya, tetap tak bisa kususul. Sepertinya pertumbuhan tinggiku sudah mentok.Tak lama aku memeluknya, karena memang kami harus masuk kerumah. Membawa barang-barang kakak. Sudah kuduga, baju yang ia pakai berwarna pink. Dari atas sampai bawah. Pink. Bahkan koper kecilnya pun berwarna pink. Aku tak tahu apalagi barangnya yang berwarna pink. Pokoknya banyak.

Kakak terlihat lelah. Setelah seharian bekerja lalu dia pulang ke Jakarta. Tapi dia masih menyempatkan diri untuk mengobrol. Dia juga membawa oleh-oleh. Rainbow Cake! Setelah ngetren beberapa waktu lalu, aku masih belum pernah mencoba makan kue beken satu itu. Kakak memang tau banget deh apa yang bikin aku senang. Dia membawakan aku Rainbow Cake terbaik yang pernah dia makan katanya. Bukan berasal dari toko roti ternama manaaaa gitu, rainbow cake satu ini dipesan langsung oleh mba wini ke pembuatnya. Ibu siapa gitu, aku kurang ingat.

Tak banyak memang waktu aku berbincang berdua dengan kakak ku, waktu itu. Tapi dengan adanya dia di rumah saja, aku senang. Jalan-jalan beersamanya juga aku senang, walau hanya sekedar pergi makan. Bercanda dengan kakak dan adik, sahabat yang paling mengerti aku. Walau banyak tugas yang harus kami kerjakan, dari hal kecil sampai yang besar untuk mempersiapkan pernikahan kakak, tak ada keluhan yang terucap dari kami. Kami mengerjakan tugas-tugas itu sambil terkadang bercanda. 

Tertawa bersama kakak, membuat aku senang berkali lipat. Mungkin aku akan lebih awet muda jika aku selalu dekat dengan kakak dan adikku.Dari mulai mba wini datang ke Jakarta, hariku tak seperti liburan. Sibuk kesana kemari, mengetik nama-nama, ngeprint ini itu, buat janji dimana-mana dan harus ditepati dan juga menelpon sana sini untuk memastikan ini dan itu. Ya, aku sibuk membantu mempersiapkan keberhasilan pernikahan (resepsi) kakakku tercinta. Hanya sekali seumur hidupku membantu mempersiapkan acara besar itu. Aku sangat tak mau mengecewakan mba wini. Aku ingin mba wini tersenyum di pelaminan. Menikmati harinya.

Alhamdulillah, hari itu berjalan lancar. Walau ada beberapa bagian yang tidak begitu mulus, tapi itu juga tidak begitu terlihat, karena tamu yang bersangkutan pun tak jadi datang. Komunikasi dengan panitia lain pun berjalan mulus. Tema hari itu pink, aku tak mau protes. Aku pasrah, aku sudah cukup senang melihat kakakku senang. Aku tak protes ketika perias memoleskan ini itu diwajahku. Aku nurut.

Prosesi akad nikah adalah acara yang paling mengharukan setelah acara pengajian kemarin siangnya (sebelum akad). Aku sedih, mba wini tak lagi bisa selalu berlibur bersama kami. Tak bisa lagi seenaknya pergi keluar rumah bahkan untuk sekedar menonton bioskop atau makan sushi. Tak bisa lagi aku nyempil-nyempil tidur disisinya. Kini mba wini sudah berkeluarga. Sudah senang dengan abang. Dengan membayangkan mba wini senang bersama abang, aku mulai ikhlas. Aku mulai rela. Aku senang, mba wini bisa tersenyum setiap hari. Membayangkan mba wini tersenyum senang setiap harinya, aku senang.

Setelah terharu dan lalu tersenyum senang di prosesi akad nikah, kami melanjutkan ke acara resepsi pernikahan yang bertemakan pink dan silver. Pelaminannya sangat megah menurutku. Pernikahan ini, pernikahan pertama yang diadakan kedua keluarga. Mba Wini dan Abang Angga adalah anak pertama. Makanya, tidak heran bila semua serba maksimal tapi tidak juga berlebihan. Aku melihatnya, perfekt! Sempurna! Semoga itu yang mba Wini dan Abang lihat juga. Semoga mereka senang dan bahagia hari itu.

Keesokan harinya, kami bebenah. Merapikan rumah dari balutan tenda bekas pengajian dan midodareni. Beramah tamah dengan saudara-saudara yang masih di Jakarta. Sekaligus ajang temu kangen untukku. Lalu kami langsung mempersiapkan diri untuk berangkat ke medan. Akan ada upacara adat di sana. Pernikahan adat di Medan. Di Sipirok nama daerahnya. Aku sangat senang, liburan ini kumanfaatkan sebaik mungkin untuk keluarga. Pernikahan adat itu juga sebagai ajang liburan untuk kami sekeluarga. Kami bersembilan sekarang. Mama papa ku, mama papa abang, mba win dan abang, aku, ninit, dan Anggi, adiknya abang yang sekarang jadi iparku.

Hampir seminggu kami di Medan. Banyak sekali hal baru yang kami lihat  dan juga kami pelajari. Berlibur, sambil melihat adat disana, juga sambil belajar dan tidak lupa sambil bersilaturahim. Alhamdulillah, banyak yang bisa kami dapatkan. Pulang dari Medan, kami harus berpisah di Jakarta. Aku, mama, papa dan Ninit sampai di Jakarta dan akan langsung ke Rumah. Papa mama abang dan Anggi, melanjutkan perjalanan ke Yogjakarta. Sedangkan mba Wini dan abang melanjutkan ke Bali berdua. 

"met belajar lagiiiii, sehat sehat yaaa" pesennya mba Wini pas aku ke Jerman lagi.

Sejak hari terakhir di Medan, aku sebisa mungkin bersama mba wini terus. Aku tahu kami akan langsung berpisah di Bandara, dan gak akan ketemu lagi dalam beberapa lama. Aku sedih. Aku masih kangen. Rasanya begitu singkat waktuku berbincang dengan mba wini. Waktunya masih kurang, kak. Aku masih kangen. Benar saja, ketika sampai di Jakarta dan mba Wini akan meneruskan ke Bali, aku memeluk mba Wini erat. "Mbaa, aku balik ke Jerman ya lusa." Lalu aku terdiam dipelukannya. "Iya, de.. Hati-hatinya.. Maaf ya mba gak bisa anter kamu lusa." Mendengar kata-kata itu, entah kenapa kau makin ingin terus ada dipelukannya. Lalu aku berkata, "Aku kan masih kangen, mbaaa.." Lalu air mataku tak bisa terbendung. Iya, aku menangis. Aku merasa egois, menangis saat mba Wini senang. 

Tapi aku tak bisa lagi menahan, aku masih kangen. Aku ingin ngobrol berdua lagi dengannya. Aku masih rindu sama mba wini.Jadwalnya memang padat. Mba Wini dapet cuti ini aja udah bagus. Abang juga. Kedua dari mereka sangat sibuk soalnya. Abang yang membuatku berhenti menangis cengeng dengan berkata, "Nanti November ini InsyaAllah kita nengokin mba ade kok, yaa.. Udah, jangan sedih.." Aku meredakan sendiri air mataku. Menahan rasa ingin bersama mba wini. Aku cukup senang bersama mba wini sebulan ini. Lebaran dengannya, bersenda gurau, main, jalan-jalan dan lain-lain. 

Tapi ternyata Abang baru bisa ke Eropa pada bulan Maret lalu kalo gak salah. Sedangkan Mba Wini sedang mengandung, masa iya sampe ikut ke Eropa. Seiring berjalannya waktu juga aku udah bisa menyesuaikan diri lagi di Jerman. Sendirian tanpa keluarga. Dibilang kangen? Pastinya aku kangen. Tapi aku juga gak mau jadi anak cengeng yang cuma bisa bilang kangen aja. Aku mau berusaha yang terbaik disini. Supaya rasa kangenku bisa menjadikan rasa bangga dalam keluargaku, termasuk mba Wini tentunya.

Mba, aku memang belum bisa banggain mba Wini, mama dan papa. Dan juga belum bisa jadi contoh baik buat Ninit. Aku masih berusaha mengejar yang terbaik, mba. Membuat mama, papa dan mba Wini juga Ninit senang adalah cita-citaku sekarang. Maafkan aku masih sering dan selalu merepotkan mba Wini, padahal aku jauh disini. Terimakasih untuk semua support yang mba wini kasih ke aku. Terimakasih untuk segala doa yang mba wini ucapkan pada Allah untuk keberhasilan aku. Sehat selalu ya, kakakku sayang. Aku juga menunggu si dede hadir ke dunia, walau aku mungkin tak bisa ada disana. Aku disini selalu doakan  yang terbaik untuk mba Wini. Semoga mba Wini selalu sehat dan bahagia. Semoga dede, si anak soleh/solehah, juga sehat. Aamiin. Thanks alot, mba. I love youuu..

Buat kawan-kawan semua yang baca ini. Kalau kalian punya kakak, janganlah kau takut untuk bercerita padanya, dia punya segudang ilmu kehidupan yang belum kau cicipi. Dia punya banyak pilihan solusi untuk kau pilih. Dia punya banyak nasihat yang membangkitkan semangat. Jangan gengsi. Dia perantara dari Allah yang bisa membantumu, menyayangimu, dan memberikan kamu yang terbaik. Dengarkan dia, peluk dia, berterimakasihlah padanya. Jika kau seorang kakak, kau hebat. Kau yang membuat adikmu kagum dan ingin menjadi sepertimu.

Sampai bertemu di tulisanku yang lain, kawan..
Wassalamualaikum..

1 comment :

  1. fotonya kayak pinang dibelah dua niw.. hehehe.. blogging lagi kapan nih niw? boleh lah mampir.. sekalian kasih komen. hehee

    ReplyDelete