Tuesday, 28 May 2013

Cerita Mei 2013

Assalamualaikum semuaaa...

Bagaimana kabar kalian semua? Semoga baik-baik saja dan dalam keadaan sehat ya..
Setelah kemarin curcol di blog dengan edisi kangen, kali ini aku mau cerita tentang kegiatan di bulan Mei 2013 ini. Ada tiga kegiatan besar di bulan Mei ini loh! Pertama, aku mau ceritain SaSoBerlin 2013. Terus kedua, ada acara Grillen PPI Halle. Yang ketiga, baru aja kemarin, Pengajian Bulanan di mesjid Indonesia di Berlin, mesjid Al-Fallah tercinta.

Langsung saja lah yaaa..
Weekend pertama di bulan Mei ini, tepatnya tanggal 5 Mei 2013, IWKZ (Indonesisches Weisheits-und Kulturzentrum atau Pusat Kearifan dan Kebudayaan Indonesia) e.V. mengadakan acara tahunannya di Berlin. Acara yang udah beken dikalangan warga Indonesia di Jerman. SaSo! Sate Somay! Yap, disana kita bisa ketemu sama sate dan juga somay. Hehehe. Acara SaSo itu adalah acara Bazaar makanan Indonesia. Jarang-jarang loh bisa nemuin acara di Jerman, yang menyediakan makanan Khas Indonesia sekaligus sebagai ajang silaturahim dan beramal!

Setelah udah dua tahun di Jerman (bahkan lebih), akhirnya aku menghadiri acara beken satu ini. Bukan sembarang dateng aja, aku dan kawan-kawan Halle dikasih kepercayaan untuk mendirikan stand makanan sendiri. Dengan bermodal bismillah, tenaga, dan senyum alhamdulillah kami berempat bisa menyediakan ayam penyet dan pecel lele yang agak susah ditemuin di Jerman. 

Kemana emang tahun-tahun sebelumnya niw? Dulu aku di Nordhausen, jauh dari Berlin, dan juga gak punya banyak temen. Sekarang alhamdulillah, masuk mesjid Al-Fallah beberapa kali, temen langsung bertambah, ilmu apalagi, hati juga jauh lebih tenang karena ngerasa punya "rumah" di Jerman.

Jadi, tahun ini menjadi tahun pertama aku mengikuti SaSo merangkap membantu kegiatan ini berjalan lancar. SaSo tahun ini diadakan di Lapangan parkir KBRI di Berlin. Ada delapan stand makanan yang berdiri. Jajanan khas Indonesia, Ketoprak, Ayam Penyet dan Pecel Lele (stand kami), Bakso, Nasi Kapau, Pempek Palembang, Somay dan tentunya Sate. Semua makanannya insyaAllah HALAL. Harganya juga terjangkau buat pelajar-pelajar di Jerman kok. Yaaa, pake nabung lah sedikit. Tapi, kapan lagi bisa makan kenyang, ketemu temen-temen dari segala pelosok Jerman (yang mau hadir), sekaligus sambil beramal? Beramal? Iya, karena semua keuntungan dari penjualan makanan yang kusebut sebelumnya itu, SELURUHNYA untuk mesjid. Seru banget kan ada acara kayak gini?

Kami beserta Ayam Penyet dan Pecel Lele
Aku juga banyak bertemu teman-teman seperjuanganku. Ketemu Aulia dan suaminya mas Wira, ketemu Vara yang dulu satu Studienkolleg, ketemu Abdal dan adiknya Puti si Hafidz yang baru dateng di Jerman, ketemu Vina, ketemu anak-anak Stufen, ketemu sama Dhira si calon penulis terkenal juga, ketemu ody, yahya sama dzaif juga, ketemu si ini, si itu, mba ini, mba itu, banyaaaaaaaaaakkkkkk.. Temen baru juga jadi banyak. Subhanallah banget deh acara satu ini. :")

Cape? Iya, emang cape. Karena aku harus berangkat dari Halle hari Sabtu, siap-siapin perlengkapan stand, masak, acara, terus harus pulang ke Halle setelah acara selesai. Tapiiiiii, capenya gak membekas! Justru yang membekas itu silaturahimnya. Cerita dari masing-masing orang yang kutemui, pelukan sahabat-sahabat lama yang akhirnya bertemu kembali, dan senyum-senyum senang setiap individu disana. Tuhkan, belum apa-apa, aku udah kangen aja sama teman-teman yang kemarin akhirnya berhasil bertemu kembali.

Itulah, acara SaSo Berlin 2013. Kesimpulannya: MENYENANGKAN! Mau liat foto-fotonya? Liat senyum semua individu yang tadi kusebutkan? Alhamdulillah beberapa bisa diabadikan dalam jepretan-jepretan kamera. Ini link nya. Selamat mellihat-llihat dan ikut tersenyum yaaaa..

Acara kedua yang gak kalah seru, adalah acara GRILLEN PPI HALLE, pada hari Minggu,  PPI Halle yang mengadakan acara ini. Tapi yang dateng gak cuma warga Halle aja kok, ada yang dateng dari Berlin, Marburg, Leipzig, dll. Juga engga cuma warga Indonesia aja. Ada juga warga Malaysia dan warga Jerman! Iya, kami memang mengundang beberapa kawan. Seru kan bisa ngumpul semuanyaa. Kita bakar-bakar sate di tepi sungai Saale yang melewati Halle. Cuacanya juga mendukung. Terang cenderung panas. Pas banget deh sama acara kita yang piknik di tepi sungai.

Terus siapa yang masak sate? Ya kita-kita jugaaa. Acara ini emang dari kita dan untuk kita. Semua berpartisipasi masak dalam acara ini. Sehari sebelumnya, kita potong-potong dan tusuk-tusuk ayam bersama. Ayam yang kita pakai juga InsyaAllah HALAL. Karena ayamnya dibeli di toko TurkI dan pada kemasannya memiliki logo HALAL. Ada juga yang membuat bumbu dan lontong. Semua tugas dibagi. Alhamdulillah, semua ikhlas tanpa pamrih. Makasih ya teman-teman semuaaa..

Dihari Minggunya, hampir semua orang datang on time. Jam sepuluh kami semua sudah siap di tempat yang dijanjikan. Berkumpul, bermain, tertawa, sharing cerita, berfoto, dkk. Games yang disiapkan panitia pun gak kalah seru. Penduduk Halle ternyata banyak sekali jika berkumpul. Alhamdulillah, makanan yang disiapkan juga cukup untuk semua. Semua kenyang, semuan senang. 

Berpose di Grillen PPI Halle
Sampai sore kami masih bertahan disana. Ada yang masih bermain, ada yang iseng nyeburin temennya sendiri ke sungai, ada yang tidur-tiduran di tiker, ada yang berjemur menikmati hangatnya matahari yang emang jarang mampir, ada yang masih ngipas-ngipas sate juga. Saking banyaknya sate yang disiapin, akhirnya beberapa dari kami ada yang membawa sate yang belum di bakar, pulang ke rumah. Alhamdulillah kan, lebih. Kalo kata mama, lebih baik berlebih dari pada kekurangan. Kalo udah begitu, berarti acaranya sukses. Iya dong, sukses. Semua senaaaaang..

Acara GRILLEN ini juga punya banyak foto-foto kenangan. Banyak banget-banget-banget malah. Bung Irham, si penjepret, gak cape-cape nya fotoin kejadian-kejadian menarik dan senyum-senyumnya warga Halle yang berbahagia. Fotonya mencapai angka seribu lebih. Penasaran gak? Mau liat fotonya? Nih, aku kasih link nya. Bag.1 dan Bag.2. Tapi kayaknya sebelumnya harus temenan dulu sama akang Irham di pesbuk. Hihihihi..

Yang ketiga itu, kemarin. Acara bulanan IWKZ. Pengajian bulanan. Dengerin pembicara Ust. Dr. Suhendra dengan tema "Menyongsong Rejeki Emas" sambil juga bersilaturahim. Sekaligus perbaikan gizi! Baksooooo~ Enak banget. Nah, dari bersilaturahim di acara ini, aku mendengarlah kabar bahwa sahabat seperjuanganku, si Auli, yang September tahun lalu baru menikah, sedang mengandung! Saat itu juga hatiku berdegup kencang. Bahagia.

Bagaimana rasanya bila mengetahui teman sebangkumu akan menjadi seorang ibu? Apalagi tahu bagaimana perjuangannya sejauh ini? Merantau di negeri orang. Lalu mengetahui cerita bagaimana ia menemukan pasangannya, menikah, dan sekarnag mengandung! Aku tau, dia akan menjadi seorang umi yang akan mengajarkan anaknya dengan baik. Dengan penuh kasih, canda, tawa, dan tanpa pamrih. InsyaAllah, ya.. Aku mendoakanmu terus, kawan.

Setelah mengkonfirmasi kabar itu pada orangnya lewat telpon, Auli menambahkan kabar yang membuat aku tak sabar. Tak sabar menemui bulan Desember. Auli bilang, dokter menjadwalkan bayinya akan lahir akhir Desember nanti! Yang artinya  umur kandungannya sekarang sudah dua Bulan! Berarti, ketika bertemu di SaSo kemarin, Auli sudah mengandung :") Aku juga berharap doa dari kawan-kawan semua yang membaca tulisan ini, agar mendoakan Auli dan kandungannya sehat. Oiya, juga titip doa ya buat kakakku juga yang akan melahirkan anaknya bulan Juli nanti, InsyaAllah. (Baca: Edisi Kangen 3: Kakak.) Semoga kalian sehat yaaaa..

Bulan Desember ini akan menjadi salah satu bulan bersajarang yang kunanti. Selain menunggu kelahiran anaknya Auli dan mas Wira, juga ada pernikahan sahabatku. Rianda Isvara di bulan September nanti. Mereka berdua adalah sahabat seperjuangan di Nordhausen. Bercanda, menangis, begadang, masak-masak, pengajian, sudah kami lakukan bersama. Aku tau bagaimana sifat mereka, walau sekarang tak sering lagi kami bertemu. Tapi ku yakin, sifat mereka masih sama. Lalu sebentar lagi, Desember tahun ini. Mereka akan menjabat sebagai wanita penting. Auli akan menjabat sebagai Umi, yang akan menjadi panutan untuk anaknya. Sedangkan Vara akan menjadi Istri solehah yang akan menjadi kebanggan suaminya. Aku bangga sama kalian berdua, kawan. Kami mendoakan kalian. Semoga semua berjalan lancar sesuai rencana dan agar kalian bahagia.

Desember itu gak akan lama lagi, loh. Apalagi bulan Ramadhan. Sebentar lagi. Dijadwalkan Ramadhan itu bertepatan dengan tanggal 9 Juli bukan? Ayoooo, siapa yang hutang puasanya belum lunas? Ayo segera lunaskan. Kita sambut Ramadhan dengan ceria yoookk.. Buat teman-teman di Indonesia, manfaatkanlah lingkungan islam disana. Bersyukur di waktu siang di Indonesia tidak begitu lama. Bersyukur Masjid ada dimana-mana sehingga mudah untuk shalat berjamaah. Gunakan kesempatan itu. Karena aku, iri dengan kalian. Untuk teman-teman di Jerman yang Ramadhan ini berencana tetap di Jerman seperti diriku. Ayo kuatkan iman. Ayo kita rapatkan barisan, ramaikan mesjid. Jangan mau kalah sama yang di Indo. Ayo semangaaatt..

Sekian casciscus aku hari ini. Semoga bermanfaat dan bisa di ambil yang baik-baiknya. Aamiin..

Wassalamualaikum..

»»  Read More...

Sunday, 26 May 2013

salamceria: Bersyukur

Kiara masih berbaring di kasurnya. Matanya masih terpejam. tapi sebenarnya dia sudah terjaga. Kiara membayangkan betapa menyenangkannya hari ini. Hari ini akan menjadi hari yang berbahagia untuknya. Kiara yang sedang berlibur di Indonesia, akan bertemu dengan seluruh keluarga besarnya hari ini. 

Setelah satu tahun setengah Kiara tidak bertemu keluarga besarnya. Kiara membayangkan bagaimana dia harus memeluk neneknya tercinta. Apakah dia harus memeluknya dulu, atau mencium tangannya dulu. Bagaimana wajah nenek sekarang? Kiara bertanya tanya sambil tersenyum. Matanya masih terpejam. Ia takut kehilangan bayangan indahnya.

Kiara membayangkan bagaimana tante dan om nya berekspresi melihat keadaan Kiara sekarang. Penampilan Kiara memang agak berbeda sekarang. Kiara terlihat lebih feminim. Kiara tahu akan ada tantenya yang mendukungnya untuk lebih feminim. Kiara juga tahu siapa tantenya yang akan tercengang melihat penampilannya kini. Apapun reaksi mereka, Kiara akan memeluk mereka kuat kuat. Kiara sudah merindukan semua tante-tantenya.

Kiara juga membayangkan bagaimana reaksi sepupu-sepupunya ketika melihat Kiara. Kakak-kakak sepupunya terbiasa menjitak halus Kiara sebagai rasa sayang. Kiara memegang kepalanya sambil membayangkan wajah mereka yang tersenyum ceria melihat kiara kembali berkumpul bersama. Kiara sudah membawa bingkisan lucu untuk adik-adik sepupunya. Coklat dan permen khas Jerman. Kiara membayangkan wajah ceria adik-adik sepupunya. Kiara tak sabar ingin bertemu mereka.

Kiara juga membayangkan bagaimana wajah ponakan-ponakannya sekarang. Pasti mereka sudah makin besar. Kiara membayangkan wajah ponakannya yang bingung tak mengenali dirinya dengan baik. Pasti lucu.

Semua kiara visualisasikan dengan baik di kelopak matanya. Iya, Kiara masih terpejam. Otak sebelah kirinya berusaha keras mengingat seluruh wajah anggota keluarga, benda-benda dirumah tante tempat mereka akan berkumpul, tak lupa menghadirkan aroma makanan saat berkumpul keluarga. Sedangkan otak kanannya menciptakan sebuah cerita pertemuan yang menyenangkan sekaligus mengharukan itu. Mata kiara tepejam. Tapi ia bisa melihat semuanya. Ia harap, apa yang ia visualisasikan pagi ini menjadi kenyataan siang hari nanti.

Mama Kiara masuk ke kamar. Duduk di tempat tidur Kiara dan mengusap kepala Kiara lembut. "Kiiii.. Sayaaang.. Subuh dulu ayo. Mama tau kamu udah bangun. Ayo ki, buka matanya!"

Kiara tersenyum semakin lebar. Ingin bercanda dengan mamanya, ia malah menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya. Mamanya tau Kiara kangen bercanda. Mamanya mengelitiki kiara. Lalu mamanya menyudahi dengan menarik selimut kiara. "Udah cukup. Nanti waktu subuhnya abis, sayang. Kita harus berangkat pagi-pagi sekali ke Bandung. Semua kumpul jam sepuluh nanti. Ayo ayo cepet!"

Kiara mengalah. Ia akhirnya membuka mata. Tapi masih gelap. "Maaa, kok lampunya dimatiin?" Teriak kiara, tau mamanya sudah keluar kamar. Kiara berpikir keras. Tak mungkin semuanya gelap. Tadi Kiara tak mendengar mamanya menutup pintu kamar. Pasti ada cahaya dari ruang keluarga. Kiara mencoba membuka matanya lagi. Tak bisa. Semua gelap. Semua hitam. Kiara tau mama sudah masuk kamar nya lagi. "Kenapa sayang? Jangan bercanda ah! Dari tadi lampu kamarmu nyala kok!"

Hati kiara mencelos. Semua masih gelap. Kiara kembali mencoba membelalakan matanya. "Ki! Kamu ngapain sih melotot melotot!" Mamanya mulai khawatir. Kiara sekarang tahu matanya telah terbuka. Matanya tak terpejam. Tapi dia tak bisa melihat apapun. Perasaan kiara bercampur aduk. "Maaaa.. Kiara gak bisa liat apa-apa maaaa.." Kiara mulai menangis. Ia menggosok-gosokan matanya. Mamanya memeluknya. "Ki, kamu serius sayang?" Kiara makin menangis meraung. Mamanya memeluknya erat. Ikut menangis melihat anaknya yang tak bisa balas menatapnya.

Semua yang kiara bayangkan pagi ini, benar benar hanya bisa ia bayangkan. Tak bisa dia melihat adegan aslinya. Hati kiara sangat hancur. Semuanya gelap. Tak ada cahaya yang bisa dia lihat. Tak ada lagi senyuman mama yang bisa dia lihat. Tak bisa lagi dia melihat langit yang biru cerah. Tak bisa lagi dia melihat. Hidupnya akan selamanya dalam kegelapan. Dia cacat. Dia buta.

Lalu tetiba suara Fani muncul. "Kiiii.. Lo kenapa kiii?" Lalu kiara tersadar. Mendapati dirinya memeluk boneka kesayangannya. Pipinya basah. Hatinya masih sedih. Tapi keadaannya masih sama. Masih gelap. "Fan! Kok gelap banget Fan? Fan, nyalain lampunya, Fan!" Kiara berteriak pada Fani dengan rasa takut yang mendalam. 

Fani lalu bergegas menyalakan lampu. Khawatir akan kondisi sahabatnya yang sedang demam itu. Mata Kiara menangkap cahaya lampu kamar. Dia bisa melihat wajah Fani yang khawatir. "Fan! Gue gak buta, Fan! Tadi gue cuma mimpi..." Lalu Kiara bergegas memeluk Fani yang masih bingung tercengang.

Kiara menangis bahagia dipelukan Fani. Kiara bersyukur dia masih bisa melihat. 'Ya Allah, betapa sombongnya aku. Aku tak pernah membayangkan jika Kau tak memberikan aku penglihatan. Terimakasih ya Allah.' Batin Kiara. Dia bergegas ke kamar mandi, mengambil air wudhu. Lalu dia tenggelam dengan khusyuk dalam perbincangan dengan sang Pencipta. Rasa syukur dia ucapkan. Fani mengerti apa yang terjadi. Ia ikut mengambil air wudhu dan sholat tahajud malam itu. Masing masing dari mereka tenggelam dalam doa. Memohon ampun pada yang maha kuasa karena kesombongan mereka. Mengucap syukur dan berterimakasih pada-Nya. 

Bersyukurlah dengan apa yang telah diberikan Allah swt padamu. Sering kita lupa bahwa Allah sangat sayang pada kita. Semuanya telah Allah berikan. Penglihatan, pendengaran, suara, dan semua anggota tubuh kita yang sempurna. Apa yang terjadi jika Allah hentikan pemberiannya? Jika tetiba kita tak bisa melihat? Tiba tiba kita tak bisa mendengar? Takbisa kau bayangkan bukan? Begitu juga dengan Kiara. Cukup dalam mimpi saja dia mengalaminya. Allah menegurnya dalam mimpi. Kiara ingat, kemarin malam dia marah karena kepalanya sangat pusing. Masih untung ada Fani yang menemani. Tapi Kiara tak ada mengucap syukur. Kiara sangat merasa bersalah dan kini ia sedang memohon ampun pada yang maha pengampun dan penyayang.
»»  Read More...

Wednesday, 22 May 2013

Edisi Kangen 3, Kakak.


Assalamualaikum, kawan kawan..

Setelah kemarin udah ceritain tentang temu kangen sama mamah, papah juga ninit, kali ini, tanpa banyak babibu, aku mau ceritain temu kangennya aku dan kakakku tercinta, mba wini.

Setelah seminggu aku di Jakarta, aku belum juga bertemu kakakku satu-satunya itu. Mba Wini bekerja di Balikpapan. Waktu kerjanya pun sangat padat. Dia bekerja full 4 Minggu dan libur (atau biasa suka dibilang "OFF") selama dua minggu. Tapi kali ini, karena dia akan menikah dan mengajukan cuti, maka mba wini tidak libur di jadwal biasanya. Dia menyelesaikan beberapa tugasnya dulu di Balikpapan, lalu ke Jakarta, tapi itu pun bukan untuk OFF, dia masih harus bekerja di kantor yang di Jakarta. Yaaa, begitulah sekiranya. Memang sibuk jika sudah menduduki kursi karir-berkarir.

Aku malah senang. Walaupun mba wini masih harus bekerja di Jakarta, tapi setidaknya, malam hari, ada waktu untuk kami berlima berkumpul. Aku rindu sekali saat-saat itu. Berkumpul bersama seluruh anggota keluarga, yang sudah jarang kami lakukan bahkan sejak kami di Jakarta. Waktu itu aku SMP dan kakakku sudah ngekos di Bandung. Paling sebulan sekali kami berkumpu bersama, juga saat mba wini mulai kerja di luar pulau Jawa. Apalagi saat aku merantau jauh dari benua Asia. Waktu inilah, saat libur ke Indonesia inilah yang harus kugunakan sebaik mungkin untuk berkumpul bersama keluargaku tercinta.

Aku agak lupa kronologisnya. Aku lupa hari apa waktu itu. Aku juga lupa mba wini pulang naik taksi atau dijemput papa. Karena seperti sudah biasa, mba wini pulang dari luar kota. Yang ku ingat adalah perasaanku waktu itu. Aku sangat-sangat ingin bertemu kakakku tercinta. AKu sangan ingin memeluknya. Aku ingin dipeluk lebih tepatnya. Aku rindu. Rindu dengan nuansa pink dari mulai flat shoes sampai kerudungnya. Walau aku tak suka waran pink. Aku rindu nasihat-nasihat mba wini, mulai dari tentang bagaimana cara belajar, sampai bagaimana cara menghitung kalori.

Aku enatah sedang apa di ruang keluarga sore itu. Aku sedang menunggu sang kakak. Itu saja. Lalu terdengar suara gerbang depan terbuka. Aku langsung berlari keluar. Kakakku datang! Akhirnya aku bisa memeluknya. Kupeluk dia saat dia keluar dari mobil. Badanku seras dua kali lipat dari badannya. Mba Wini sangat langsing. Tapi tak juga begitu kurus. Tingginya, tetap tak bisa kususul. Sepertinya pertumbuhan tinggiku sudah mentok.Tak lama aku memeluknya, karena memang kami harus masuk kerumah. Membawa barang-barang kakak. Sudah kuduga, baju yang ia pakai berwarna pink. Dari atas sampai bawah. Pink. Bahkan koper kecilnya pun berwarna pink. Aku tak tahu apalagi barangnya yang berwarna pink. Pokoknya banyak.

Kakak terlihat lelah. Setelah seharian bekerja lalu dia pulang ke Jakarta. Tapi dia masih menyempatkan diri untuk mengobrol. Dia juga membawa oleh-oleh. Rainbow Cake! Setelah ngetren beberapa waktu lalu, aku masih belum pernah mencoba makan kue beken satu itu. Kakak memang tau banget deh apa yang bikin aku senang. Dia membawakan aku Rainbow Cake terbaik yang pernah dia makan katanya. Bukan berasal dari toko roti ternama manaaaa gitu, rainbow cake satu ini dipesan langsung oleh mba wini ke pembuatnya. Ibu siapa gitu, aku kurang ingat.

Tak banyak memang waktu aku berbincang berdua dengan kakak ku, waktu itu. Tapi dengan adanya dia di rumah saja, aku senang. Jalan-jalan beersamanya juga aku senang, walau hanya sekedar pergi makan. Bercanda dengan kakak dan adik, sahabat yang paling mengerti aku. Walau banyak tugas yang harus kami kerjakan, dari hal kecil sampai yang besar untuk mempersiapkan pernikahan kakak, tak ada keluhan yang terucap dari kami. Kami mengerjakan tugas-tugas itu sambil terkadang bercanda. 

Tertawa bersama kakak, membuat aku senang berkali lipat. Mungkin aku akan lebih awet muda jika aku selalu dekat dengan kakak dan adikku.Dari mulai mba wini datang ke Jakarta, hariku tak seperti liburan. Sibuk kesana kemari, mengetik nama-nama, ngeprint ini itu, buat janji dimana-mana dan harus ditepati dan juga menelpon sana sini untuk memastikan ini dan itu. Ya, aku sibuk membantu mempersiapkan keberhasilan pernikahan (resepsi) kakakku tercinta. Hanya sekali seumur hidupku membantu mempersiapkan acara besar itu. Aku sangat tak mau mengecewakan mba wini. Aku ingin mba wini tersenyum di pelaminan. Menikmati harinya.

Alhamdulillah, hari itu berjalan lancar. Walau ada beberapa bagian yang tidak begitu mulus, tapi itu juga tidak begitu terlihat, karena tamu yang bersangkutan pun tak jadi datang. Komunikasi dengan panitia lain pun berjalan mulus. Tema hari itu pink, aku tak mau protes. Aku pasrah, aku sudah cukup senang melihat kakakku senang. Aku tak protes ketika perias memoleskan ini itu diwajahku. Aku nurut.

Prosesi akad nikah adalah acara yang paling mengharukan setelah acara pengajian kemarin siangnya (sebelum akad). Aku sedih, mba wini tak lagi bisa selalu berlibur bersama kami. Tak bisa lagi seenaknya pergi keluar rumah bahkan untuk sekedar menonton bioskop atau makan sushi. Tak bisa lagi aku nyempil-nyempil tidur disisinya. Kini mba wini sudah berkeluarga. Sudah senang dengan abang. Dengan membayangkan mba wini senang bersama abang, aku mulai ikhlas. Aku mulai rela. Aku senang, mba wini bisa tersenyum setiap hari. Membayangkan mba wini tersenyum senang setiap harinya, aku senang.

Setelah terharu dan lalu tersenyum senang di prosesi akad nikah, kami melanjutkan ke acara resepsi pernikahan yang bertemakan pink dan silver. Pelaminannya sangat megah menurutku. Pernikahan ini, pernikahan pertama yang diadakan kedua keluarga. Mba Wini dan Abang Angga adalah anak pertama. Makanya, tidak heran bila semua serba maksimal tapi tidak juga berlebihan. Aku melihatnya, perfekt! Sempurna! Semoga itu yang mba Wini dan Abang lihat juga. Semoga mereka senang dan bahagia hari itu.

Keesokan harinya, kami bebenah. Merapikan rumah dari balutan tenda bekas pengajian dan midodareni. Beramah tamah dengan saudara-saudara yang masih di Jakarta. Sekaligus ajang temu kangen untukku. Lalu kami langsung mempersiapkan diri untuk berangkat ke medan. Akan ada upacara adat di sana. Pernikahan adat di Medan. Di Sipirok nama daerahnya. Aku sangat senang, liburan ini kumanfaatkan sebaik mungkin untuk keluarga. Pernikahan adat itu juga sebagai ajang liburan untuk kami sekeluarga. Kami bersembilan sekarang. Mama papa ku, mama papa abang, mba win dan abang, aku, ninit, dan Anggi, adiknya abang yang sekarang jadi iparku.

Hampir seminggu kami di Medan. Banyak sekali hal baru yang kami lihat  dan juga kami pelajari. Berlibur, sambil melihat adat disana, juga sambil belajar dan tidak lupa sambil bersilaturahim. Alhamdulillah, banyak yang bisa kami dapatkan. Pulang dari Medan, kami harus berpisah di Jakarta. Aku, mama, papa dan Ninit sampai di Jakarta dan akan langsung ke Rumah. Papa mama abang dan Anggi, melanjutkan perjalanan ke Yogjakarta. Sedangkan mba Wini dan abang melanjutkan ke Bali berdua. 

"met belajar lagiiiii, sehat sehat yaaa" pesennya mba Wini pas aku ke Jerman lagi.

Sejak hari terakhir di Medan, aku sebisa mungkin bersama mba wini terus. Aku tahu kami akan langsung berpisah di Bandara, dan gak akan ketemu lagi dalam beberapa lama. Aku sedih. Aku masih kangen. Rasanya begitu singkat waktuku berbincang dengan mba wini. Waktunya masih kurang, kak. Aku masih kangen. Benar saja, ketika sampai di Jakarta dan mba Wini akan meneruskan ke Bali, aku memeluk mba Wini erat. "Mbaa, aku balik ke Jerman ya lusa." Lalu aku terdiam dipelukannya. "Iya, de.. Hati-hatinya.. Maaf ya mba gak bisa anter kamu lusa." Mendengar kata-kata itu, entah kenapa kau makin ingin terus ada dipelukannya. Lalu aku berkata, "Aku kan masih kangen, mbaaa.." Lalu air mataku tak bisa terbendung. Iya, aku menangis. Aku merasa egois, menangis saat mba Wini senang. 

Tapi aku tak bisa lagi menahan, aku masih kangen. Aku ingin ngobrol berdua lagi dengannya. Aku masih rindu sama mba wini.Jadwalnya memang padat. Mba Wini dapet cuti ini aja udah bagus. Abang juga. Kedua dari mereka sangat sibuk soalnya. Abang yang membuatku berhenti menangis cengeng dengan berkata, "Nanti November ini InsyaAllah kita nengokin mba ade kok, yaa.. Udah, jangan sedih.." Aku meredakan sendiri air mataku. Menahan rasa ingin bersama mba wini. Aku cukup senang bersama mba wini sebulan ini. Lebaran dengannya, bersenda gurau, main, jalan-jalan dan lain-lain. 

Tapi ternyata Abang baru bisa ke Eropa pada bulan Maret lalu kalo gak salah. Sedangkan Mba Wini sedang mengandung, masa iya sampe ikut ke Eropa. Seiring berjalannya waktu juga aku udah bisa menyesuaikan diri lagi di Jerman. Sendirian tanpa keluarga. Dibilang kangen? Pastinya aku kangen. Tapi aku juga gak mau jadi anak cengeng yang cuma bisa bilang kangen aja. Aku mau berusaha yang terbaik disini. Supaya rasa kangenku bisa menjadikan rasa bangga dalam keluargaku, termasuk mba Wini tentunya.

Mba, aku memang belum bisa banggain mba Wini, mama dan papa. Dan juga belum bisa jadi contoh baik buat Ninit. Aku masih berusaha mengejar yang terbaik, mba. Membuat mama, papa dan mba Wini juga Ninit senang adalah cita-citaku sekarang. Maafkan aku masih sering dan selalu merepotkan mba Wini, padahal aku jauh disini. Terimakasih untuk semua support yang mba wini kasih ke aku. Terimakasih untuk segala doa yang mba wini ucapkan pada Allah untuk keberhasilan aku. Sehat selalu ya, kakakku sayang. Aku juga menunggu si dede hadir ke dunia, walau aku mungkin tak bisa ada disana. Aku disini selalu doakan  yang terbaik untuk mba Wini. Semoga mba Wini selalu sehat dan bahagia. Semoga dede, si anak soleh/solehah, juga sehat. Aamiin. Thanks alot, mba. I love youuu..

Buat kawan-kawan semua yang baca ini. Kalau kalian punya kakak, janganlah kau takut untuk bercerita padanya, dia punya segudang ilmu kehidupan yang belum kau cicipi. Dia punya banyak pilihan solusi untuk kau pilih. Dia punya banyak nasihat yang membangkitkan semangat. Jangan gengsi. Dia perantara dari Allah yang bisa membantumu, menyayangimu, dan memberikan kamu yang terbaik. Dengarkan dia, peluk dia, berterimakasihlah padanya. Jika kau seorang kakak, kau hebat. Kau yang membuat adikmu kagum dan ingin menjadi sepertimu.

Sampai bertemu di tulisanku yang lain, kawan..
Wassalamualaikum..

»»  Read More...

Wednesday, 15 May 2013

Edisi Kangen 2, Adik.


Assalamualaikum..

Hai semuaa.. Bertemu lagi lah ya kitaa.. Lagi getol nulis nih. Ya iya lah, internet baru jalan kenceng banget. Digunakan banget untuk posting ini itu nih. Hihihihi..

Setelah kemarin ceritain tentang gimana aku ketemu lagi dengan mama dan papa yang kejadiannya sedikit sinetron itu, sekarang aku mau ceritain kronologis kejadian aku ketemu lagi dengan adik kecilku selama satu setengah tahun kepisah. Padahal aku sama Ninit tuh kayaknya apa-apa bareng. Makan kudu bareng, tunggu-tungguan kalau yang satu belum pulang. Bobo aja kadang sekasur.Cerita ini itu udah gakada rahasia sama sekali sama dia. Nah,kita flash back lagi ke tahun lalu yuuuukkk..

Jakarta makin macet, makin gersang. Tapi aku seneng-seneng aja. Layaknya anak tunggal aku mendapat perhatian kedua orangtuaku sore itu. Di mobil bertiga, mengobrol. Mama dan papa cerita kejadian-kejadian baru di rumah. Aku tak banyak cerita. Memang tak banyak yang harus ku ceritakan.

Sesampainya di rumah, aku bernostalgia lebay dulu dengan rumahku. Banyak sekali yang berubah di rumah. Bahkan perubahan drastis. Semua barang yang ku kenal dulu berkurang. Apalagi dengan tidak adanya si Mellow, kucing kami. Dia di culik orang. Sedih dua kali terjadi pada adikku. Dia mendapatkan pengganti Mellow waktu itu, namanya Bulbul. Walau masih suka di banding-bandingin sama si Mellow, tapi pas Ninit kehilangan Bulbul, karena diculik juga, dia sedih juga. Nangisnya sampe kebawa ke acara paskibra hari itu. Itu yang mama ceritain sambil ketawa-ketawa mengingat kelakuan adik yang lucu. Aku makin gak sabar mau bertemu dengannya. Ingin memeluknya dan mencubit pipinya.

Malam pun tiba di Jakarta, selesai Sholat Isya dan tarawih di rumah, aku dan papa menjemput Ninit yang baru selesai latihan Paskibra. Di jalan, papa merencanakan sesuatu. Papa gak bilang sama Ninit kalo aku ikut menjemput dia. Lalu aku disuruh sembunyi di kursi belakang. Ninit menelepon papa, yang emang agak telat karena macetnya Jakarta. Papa dengan hati-hati menjawab pertanyaan-pertanyaan ade yang cerewet menanyakan aku. Papa sengaja me-Loudspeaker HP nya agar aku ikut mendengar cerewetnya si Adik. Setelah bebas dari pertanyaan-pertanyaan menjurus, papa menutup HP dan menyuruhku langsung pindah ke kursi belakang karena Ninit sudah menunggu.

Mobi menepi, Ninit belum terlihat. Kayaknya masih mengobrol dengan temannya. Aku mengintip-ngintip berusaha sebisa mungkin menyembunyikan badanku yang tak mungil. Papa menelepon Ninit untuk memberitahu kalau papa sudah menunggu di tempat biasa mereka ketemu. Tak lama, terlihat Ninit berlari kecil dari ujung jalan. Badannya yang mungil sudah hilang, terganti dengan badan tagap dan tinggi. Apalagi sekarang dia mengenakan rok abu-abu. Adikku seudah besar. Rasanya ingin aku keluar dari persembunyian dan langsung memeluknya.


"Hai paaa.." Sapa Ninit ketika membuka pintu mobil, lalu dia mencium pipi papa. "Mba ade udah di rumah yah? Ayo pap, ayo kita pulang.." Lalu dengan cepat pintu mobil tertutup. Papa memberi kode padaku. Aku mengusap kepala Ninit dari belakang. Perasaanku? Senang bukan main, melihat adik kecilku tumbuh sebesar itu. Mendengar kembali suranya. Mendengar cerewetnya adikku. Dengan refleks Tae Kwon Do nya, Ninit langsung membalik badannya. "Mba adeeeee!" Dia berteriak sambil tangannya membuka pintu mobil. Secepat kilat dia keluar mobil, lalu dengan cepat menarikku keluar mobil. "Mbaaaa.. Aku aku mau peluuuukkk.. Aku kan kangeeeennn.."

Ninit loncat-loncat kegirangan dan memelukku erat. Posisinya terbalik dari kali terakhir aku memeluknya. Kini kepalaku yang bersandar di bahu adikku yang tegap. Bahu anak paskibra yang tegap, kokoh. Kini adikku yang harus menurunkan kepalanya sedikit untuk bisa menatapku. Dia tinggi. Aku kagum. Pelukannya erat dan mantap. Air mata Ninit membasahi kerudungku, menghilangkan rasa kangennya. Lama dia tak melepas pelukannya. Pipiku juga mulai basah. Senang bisa memeluk adik kecilku satu-satunya ini. Papa mengingatkan kami. Kami memang ada di pinggir jalan. Adik akhirnya melepas pelukannya, tak lupa kucubit pipinya gemas. Masih berair mata, kami masuk ke dalam mobil dan pulang untuk berkangen-kangenan di rumah.

Aku senang sekali tahun lalu itu aku bisa bertemu dengan adikku yang ternyata sudah berubah banyak. Berubah ke arah yang positiv. Dia cerita banyak sekali. Walau adikku itu sekarang sudah mulai sibuk. Tak banyak waktu yang dia miliki. Dia harus latihan paskibra hampir setiap hari. Kadang aku sedih karena ditinggal latihan terus olehnya, tapi ras bangga juga muncul di benakku. Adikku terpilih menjadi PASKIBRAKA JAKARTA SELATAN. Tahun ini, dia juga sibuk melatih anak-anak baru. Ras banggaku berlipat-lipat padanya. Rasa kangenku tak bisa dituliskan. Allah yang tahu.

Beberapa menit setelah adik di kukuhkan menjadi PASKIBRAKA JAKSEL
Untuk adik:
Adik, kakak mu ini sangat ingin lihat adik tumbuh jadi wanita solehah. Jadi contoh untuk saudara-saudaramu yang lain, untuk keponakan-keponakan kamu. Kerjakan apa yang kamu suka, dik. Kamu sudah besar, kamu sudah tau mana yang baik dan mana yang buruk. Bacalah Al-Quran beserta artinya. Kita sama-sama belajar dari situ. Disitulah titik kesamaan kita. Mempelajari Al-Quran dan belajar mengamalkannya. Adikku yang pintar, aku sayang kamu. Semoga kita bisa kembali bertemu ya, nit. Secepatnya. Sebelum kita bertemu dan berpelukan lagi, ayo kita bertemu dalam sujud kita. Karena sebenernya kita ini deket. Masih sama-sama di bumi Allah. Be a great girl, yaa.. 
Love you, always.
MbaAde mu..

Nah, itulah cerita gimana dua orang kakak beradik yang akhirnya ketemu lagi. Adikku ini memang objek kekangenan semua orang, apalagi kakaknya sendiri. Semoga adikku itu jadi orang sukses yaa.. Semoga dia sehat selalu. Me miss you, deeeekkk.. Buat kawan-kawan semua yang masih tinggal serumah sama adik atau kakaknya, bergembiralah. Akuilah, dia sahabat terbaikmu. Gak perlu gengsi deh. Dia juga merasa hal yang sama. Tunjukkan kasih sayangmu padanya. Gak perlu gengsi-gengsi lagi, kali aja dia lagi butuh banget pelukanmu sekarang ini. Peluk adik atau kakakmu sekarang, bilang kamu sayang padanya. Be a lovely sister or brother, guys..

Wassalamualaikum..

»»  Read More...

Tuesday, 14 May 2013

Edisi Kangen 1, Mama dan Papa.


Assalamualaikum, saudara saudari..

Alhamdulillah internet di rumah sudah nyalaaaa... Kemarin akhirnya teknikernya dateng. Tanpa banyak babibu, dia langsung ngoprak-ngoprek modem dan router. Terus TARAAAAA... Internetnya bisa :")

Siang ini aku duduk terdiam di depan laptop. Ingin sekali menelepon mama dan dengar suaranya. Aku rindu. BBM-an emang hampir setiap hari, tapi bahasa tulisan (chatting atau bbm atau whatsapp dkk) itu engga sama dengan mendengar suara si mama. Cara mama menanggapi omongan aku, cara mama menasihati aku, nada nya beda. Nada suara mama bisa sampe langsung ke hati kalo nelpon langsung.

Teringatlah aku akan kepulangan pertamaku ke Indonesia. Summer tahun lalu. Kita flashback dan simak ceritaku yuuukkk..

Aku melambaikan tanganku untuk terakhir kalinya pada dia yang mengantarku sampai stasiun di Nordhausen. Tak bisa lagi berkirim pesan apalagi menelepon. HP-ku mati. Rusak karena benturan keras seminggu yang lalu. Sendirian menuju Frankfurt. Perasaan di hatiku waktu itu campur aduk. Sedih karena harus berangkat sendirian, tapi akupun senang tak sabar karena tak lebih dari 24 jam lagi aku akan bertemu mama. Bertemu kembali, bertatapan langsung dan akan memeluk mereka lagi setelah satu tahun setengah berpisah.

Setahun sebelumnya, aku merayakan Idul Fitri tidak bersama orangtuaku untuk pertama kalinya. Sudah dari setahun sebelumnya aku sudah disuruh pulang dan berlibur di Indonesia oleh keluarga. Selain emang kangen, kakakku tercinta juga akan menikah di bulan September 2012 ini. Makanya perasaanku campur aduk. Pertanyaan di kepalaku juga sudah banyak sekali. Seperti apa mama dan papa sekarang? Seperti apa adik kecilku? Seperti apa kakak cantik si calon pengantin saat ini?

Sayang beribu sayang, hp ku rusak. Aku tak bisa mengabari keluarga di Jakarta kalau sekarang aku sudah di Jalan menuju Frankfurt. Sepertinya waktu itu hp ku terbanting saat repot mengurusi pindahan rumah. Aku juga tak bisa mengabari teman-teman di Jerman bahwa aku akan pulang hari itu. Hanya beberapa orang yang tahu. Sedangkan di Indo, aku hanya mengandalkan DM (twitter) ke kakakku yang tak kunjung dibalas sampai tadi malam. Semoga pesannya sampai dan aku jadi di jemput oleh mama,sesuai dengan kesepakatan seminggu yang lalu.

Seperti seorang gadis yang tangguh, aku mengangkut koperku (yang emang gak berat alias kosong) dan berjalan sendirian kesana kemari. Dari Nordhausen, aku transit di Erfurt. Lalu melanjutkan dengan naik ICE (kereta cepat) langsung ke Frankfurt. Beruntung aku mendapat tiket murah dan itu di gerbong kelas satu. Aku mendapat tawaran murah meriah itu karena aku membeli tiket tersebut jauh hari sebelum hari keberangkatan. Terus bersyukur karena dimudahkan sampai sejauh itu.

Tak ada kendala apapun sampai aku sudah duduk manis di pesawat. ETIHAD adalah maskapai penerbangannya. Sengaja kupilih yang berbau Abu Dhabi atau arab-arab gitu agar makanan pesawatnya Halal. Beruntungnya lagi, selagi check in di Frankfurt, aku mendapatkan mba-mba ETIHAD nya yang orang Indonesia. Jadi aku di kasihnya tempat duduk yang enak. Pinggir jendela. Tapi mungkin karena emang tiketnya murah, saat transit di Abu Dhabi, harus ku tempuh waktu enam jam untuk kemudian naik pesawat ke Jakarta. Bersyukur lagi, karena aku bertemu dengan banyak orang Indonesia disana. Walau obrolannya kurang begitu nyambung, setidaknya aku engga mati kutu diam mengulum bibir.

Aku juga gak lupa untuk mengabari kakak ku lewat twitter dan facebook kalau aku sudah di Abu Dhabi dan beberapa jam lagi akan tiba di Jakarta. Aku juga menanyakan siapa yang akan menjemput, atau aku harus naik taksi sendiri ke rumah? Tak sia-sia, kakak ku membalas pesanku. Aku akan di Jemput oleh papa dan mama. Mba Wini dan adik juga sempat meminta maaf karena tak bisa menjemput, karena aktivitas masing-masing. Bingung internet dari mana? Di bandara Internasional ini menyediakan fasilitas wifi dan juga ada komputer nya! Tanpa HP dan Laptop (yang juga sedang rusak), aku bisa tetap menghubungi mereka. Malah sempet-sempetnya Update Status. hihihihi..

Perjalanan yang kedua memakan waktu lebih lama. Setelah ganti posisi beberapa kali, nonton film ini dan itu, main games anak balita, makan snack dengan 32 kunyahan setiap gigitannya, aku mati gaya. Pegel duduk, aku jalan-jalan ke kamar mandi. Sampai sama sekali gak mengantuk. Lalu setelah melihat map rute pesawat, ternyata aku sudah di atas bumi Indonesia. Aku berada di atas pulau Sumatera. Hatiku semakin tak terkontrol rasanya. Aku ingin sekali loncat langsung ke Jakarta. Tapi itulah mengapa kita belajar agama, untuk melatih yang namanya SABAR.

Aku pura-pura tidur. Perjalanan akan terasa lebih cepat kalau kita tidur, kan? Maka aku membohongi diriku sendiri. Aku menipu diriku sendiri dengan pura-pura tidur, padahal sesekali melihat keluar dan hati semakin deg-degan. Setelah hampir limabelas menit aku membohongi diriku sendiri, aku akhirnya sadar dan menunggu sampai pesawat tiba di Jakarta sambil melihat hutan dan sungai di Sumatera.

Dengan sabar menunggu sambil sesekali membaca majalah, akhirnya aku berada di atas selat sunda dan pulau jawa sudah terlihat. Tak lama pesawat mulai ancang-ancang akan mendarat. Hatiku bergetar. Aku sudah berada lagi di atas bumi pertiwi. Walau belum membawa apapun, tapi aku akan segera bertemu dengan orang tuaku. Papa mama yang kan menjemputku kata mba wini tadi malam. Aku sudah rindu sekali dengan mereka. Yang bercampur di dadaku adalah rasa sedih karena belum bisa membawa apapun dan rasa senang bahagia akan bertemu dengan Papa dan Mama lagi. 

Bersama mendaratnya roda pesawat dengan mulus di bandara Soekarno-Hatta, mendarat juga beberapa air mata di pipiku. Aku menangis. Entah mengapa. Aku senang. Sekaligus sedih. Akhirnya aku di Jakarta. Satu pulau bahkan mungkin sekarang hanya berjarak beberapa meter dengan mama dan papa. Setelah setahun setengah berjauhan dengan mereka. Tapi juga aku sedih. Aku bawa apa kesini? Apa yang bisa aku ceritakan? Apa yang bisa membuat orang tuaku bangga? Aku tak punya itu.

Cepat-cepat ku hapus air mataku. Lalu dengan sigap aku mengambil tas kabin dan bergegas keluar pesawat. Udara panasnya Jakarta langsung menerpa wajahku. Udara yang lembab juga langsung membuat kulitku lengket. Aku memang tak merindukan udara ini. Tapi aku merindukan sesuatu yang sangat berharga untukku. Yang aku tau, mereka sedang menungguku diluar sana. Aku langsung mengambi tas bagasiku yang tidak begitu besar. Lalu bergegas aku keluar. Tak mau mereka lama menungguku.

Mataku mendadak jeli mencari papa dan mama. Kuperhatikan satu per satu wajah orang-orang yang tak sabar menunggu kedatangan kerabatnya. Sampai akhirnya kerumunan orang mulai sepi. Tak kulihat wajah papa ataupun mama. Aku kecewa. Aku duduk tak jauh dari kerumunan orang itu. Mungkin mereka terjebak macetnya Jakarta. Dengan tak sabar, aku lalu berjalan ke pintu yang satunya. Ujung lain dari kerumunan orang itu. Mungkin saja mama dan papa disana.

Bergegas aku pergi kesana. Mencari mama dan papa. Tapi tetap saja aku tak bisa melihat mereka. Mereka tak ada. Ingin rasanya aku memaki diriku sendiri karena kecerobohanku merusakkan HP ku. Aplagi udara Jakarta yang panas membuatku makin tidak sabar. Tapi aku tak bisa menyalahkan takdir. Aku mencoba mencari warnet. Ketika aku menemukan warnet, aku sudah lupa nomor mama atau papa yang baru. Tak pernah lagi aku menghapalnya. Tak juga kucatat di catatan. Aku mendumel sendiri. Betapa bodohnya aku. Betapa kurangnya persiapanku. Aku lalu duduk di tempat pertama aku duduk. Diam sendirian. 

Satu jam berlalu. Aku mulai sedih. Aku ingin menangis. Papa dan mama tak kunjung terlihat. Aku memutuskan untuk melihat kembali pintu yang satunya. Tak berharap akan ada mama dan papa disana. Aku tau kejamnya macet Jakarta di sore hari. Aku tak mau banyak berharap. Tapi mataku langsung tertuju pada satu titik ketika aku keluar. Dia sedang mengecek ulang layar informasi kedatangan. Dahinya berkerut, kacamatanya dipegang di tangan kanan nya, matanya dengan cepat melihat layar dan jam tangan di tangan kirinya. Lelaki itu memakai batik. Badannya terlihat lebih kurus dari terakhir aku melihatnya langsung. Itu papa ku. Papa yang terlihat khawatir. Aku berteriak memanggilnya dan berlari ke arahnya. Papa langsung melihatku dan raut wajah khawatirnya menghilang. Papa tersenyum. Aku memeluknya erat.

Air mataku tak bisa lagi terbendung. Pipiku basah. Batik papa ikut basah. Papa mencium keningku sambil berkata,"Halo sayang.." dengan suaranya yang bergetar. Mungkin dia pun sebenarnya ingin menangis, tapi dia menahannya. Dia menenangkan aku yang menangis hampir tersedu. Lalu menyuruhku bergegas ke tempat mama menunggu. Mama duduk di dekat wartel yang tadi kutemukan. Tak jauh dari tempatku. Mama juga terlihat lebih kurus. Penampilannya tak banyak berubah. Mama memang selalu seperti itu dari dulu. Aku langsung memeluk mama dari belakang. Mama kaget. Langsung berdiri dan melihatku dari atas sampai bawah. Dicium lagi keningku oleh mama. Aku memeluk mama erat dan kembali melepas rinduku. Kerudung mama ikutan basah. Mama malah malu kupeluk begitu erat didepan orang. Mama malah ketawa ketika di peluk. Ketawa bahagia, aku tau itu. "Nanti aja kangen-kangennya di rumah yuk. Biar bebas."


Kami lalu menuju mobil parkiran dan menuju ke rumah. Adikku sedang sibuk latihan paskibra. Sedangkan kakakku sedang sibuk bekerja di Balikpapan. Segera mungkin kami akan bertemu. Tak sabar aku ingin memeluk mereka juga. Tapi bertemu dan memeluk mama dan papa itu, rasanyaa.........

Kawan, jika kau sedang merantau jauh di luar Indonesia sepertiku, bersabarlah kawan. Ketika kamu di berikan waktu bertemu kedua orangtuamu, manfaatkan waktu itu sebaik mungkin. Jangan sampai waktumu malah banyak terpakai untuk teman dibanding orang tua. Mereka tempat kalian kembali di dunia. Mereka pasti akan menerimamu, apapun keadaanmu. Jika kamu masih di Indonesia, apalagi masih sepulau atau bahkan satu provinsi, sering-seringlah kamu pulang ke rumah. Mencium tangan kedua orang tuamu. Menghabiskan waktu bersama mereka. Kita tak tahu kapan ajal orang tiba. Manfaatkan waktu bersama kedua orang tuamu, kawan. Bukan bersama teman. Teman yang baik akan membiarkan kamu pulang, akan ikhlas jika alasan kamu tidak bertemu mereka adalah kamu mementingkan orangtuamu. Bagi yang masih bisa saru atap dengan orang tua, jangan sia-siakan waktumu, kawan. Kalian semua sudah tau, penyesalan datang belakangan.

Itu ceritaku kali ini. Iya, aku memang sedang kangen dengan kedua orangtuaku. Semoga kalian bisa terus memanfaatkan waktu untuk membahagiakan orang tua yaaa.. Aamiin..

Semoga aku bisa lagi kembali memeluk mereka secepatnya (eh, ini bukan ngodein mama, papa tau mba yang baca kok).
Mendengar suara dan kabar bahagia dari kalian saja aku sudah sangat senang. See you when i see you, Ma.. Pa.. Mba Wini.. Ninit.. Love youu..

Semoga tulisan ini bermanfaat, yaaa.. 
Wassalamualaikum..

»»  Read More...

Friday, 3 May 2013

Abis Baca


Assalamualaikum sahabat.

Tulisan ini sebenernya udah aku tulis beberapa hari yang lalu. Tapi baru sekarang bisa Post, dikarenakan internet yang ilang muncul terus ilang lagii.. hihihihi..Selamat membacaaaa..

Pagi ini aku iseng buka laptop dan coba-coba mengkoneksikan si NAWI pada internet tetangga. Tadaaaa... Bisa dong. Hihihihi.. Iya, internet dirumah masih saja bermasalah. Tak bisa terkoneksi. Bingung. Sepertinya mau disudahi saja dan ganti dengan internet lain. Nah, jadi setelah sekian lama aku tak buka Facebook, ternyata ada beberapa notification. Notification baru sih. Soalnya notif keliatan juga di hp. Tak disangka, notif itu adalah notifikasi kalo aku di tag di notes seseorang. 

Judul note-nya, GALAU. Gatel pengen komen, ya aku komen juga sih pada akhirnya. Terus penasaran, ternyata si penulis itu sedang getol menulis lagi. Setelah entah terhenti beberapa bulan. Dari situ aku berkaca. Kemana saja aku? Menguap kemana segala pikiranku? Aku telah lama gak menulis lagi. Entah rasa malas atau apa yang menyerang. Aku terlalu terlena pada keberuntunganku kemarin (nanti akan kuceritakan di post selanjutnya).

Jadi kali ini aku mau menceritakan tentang sebuah buku yang kutunggu dan akhirnya kubaca. Buku UdahPutusinAja! nya ust. FelixSiauw. Covernya Pink. Walau agak anti Pink, aku tak peduli. Aku butuh isinya, bukan penampilannya. Buku kiriman dari indo. Kemarin, aku baca habis buku itu. Bukunya bagus. Bikin senyum, haru dan sedih jadi satu. Jangan serem dulu liat judulnya ya kawan, banyak banget pelajaran dan manfaat yang bisa didapat dari buku itu. Rasanya aku ingin sekali menyuruh semua orang yang kusayang membaca buku itu. Khususnya yang perempuan. Terutama adikku.

Lucu juga kan tampilannya?
Dari buku itu aku mendapat dua kalimat yang terngiang. "Penyesalan itu hanya datang belakangan." 
yang tentunya masih JLEB buat aku. Dan satu lagi. "Perempuan baik, untuk laki-laki yang baik juga, begitu juga sebaliknya." Bukan baru saat ini aku membaca dua kalimat itu. Tapi kalau kalimat itu terus diingatkan, maka kadar kita ingin baiknya pun bisa bertambah.

Bukan iklan, tapi ada baiknya kalian membaca buku itu. Beruntung kalian yang ada di Indonesia, bisa langsung cari buku itu ke toko buku. Untuk kalian yang sedang merantau, ayo cari pinjeman ke temen yang udah dikirimin. Atau minta kirimin dari indo. Hihihihi..

Waktu untuk nonton film selalu ada. Waktu untuk main game selalu diusahakan. Waktu untuk baca buku? Belajar ilmu agama? Baca Al-Quran? Adakah waktu-waktu itu di agenda keseharian kalian?

Yuk sama-sama belajar untuk menjadi lebih baik. Persiapkan diri untuk masa depan yang abadi.

Love you guys, because Allah.
Wassalamualaikum..
»»  Read More...