sik asik posting di tengah kesibukan. tapi emang tangan udah gatel banget pengen ngetik, si mata gamau merem karna si otak masih pengen ngeluarin yang dipikirin. hehehe..
Padahal besok masih tes Muendlich A2. Sprechen test gituu.. moga aja bisa. tadi kan udah sempet latihan. hehehe..
Jadi, kenapa aku maksa pengen ngetik ini? Karena suatu hal di hari ini. Bisa di bilang, aku kayak lagi jelek-jelekin orang. Tapi aku gakan tulis nama. Dan aku pun tak berharap ia membacanya, kalo pun baca, moga dia bisa sadar. Aku hanya ingin memberi pengalaman untuk sedikit di pelajari.
Ok. Mari kita mulai.
Sebut saja Garam. Dia salah satu temanku. Teman baru. Teman yang mau gamau jadi teman. Yah, pokoknya dalam situasi ini kami berteman. Tadi siang, kami pulang bersama. Dan kebetulan, tadi bisa dibilang, kami nebeng sama teman lain yang lebih baru (maap ya, kalo pusing).
Kau pasti tau, rasanya orang nebeng? Apalagi sama yang baru kenal. Belum kenal deket, tapi untung banget kalo nebeng. Lagian, kali aja bisa lebih deket, kan? Rasanya, kalo aku, sedikit ga enak. Merasa harus menghargai orang tersebut. Yang punya mobil apalagi. Aku duduk disitu dengan jurus andalanku. Diam.
Tapi ya namanya juga temen baru (yang nebeng pula), aku dan si pemilik mobil mulai berbincang-bincang. Kebetulan, aku, si pemilik mobil dan temannya berasal dari wilayah yang sama. Setidaknya SMA kami masih dalam satu kota yang sama. Tapi si Garam tidak.
Garam ikutan mengobrol. Dia memberi tahu apa-apa yang dia ketahui. Hampir semua. Garam mulai mendominasi pembicaraan.
Aku? Diam. Tapi disana garam itu temanku. Aku hanya berkomentar sedikit. Tapi mataku melihat keluar jendela. Kedua temanku yang lain (pemilik mobil dan temannya), mulai bercerita tentang sekolah mereka yang dulu.
Dan itu berlangsung sampai aku dan garam turun. Aku langsung pulang. Tak mau terlibat dengannya jauh lebih banyak.
Aku tau dia ingin di dengar, aku tau sebelumnya dia selalu di dengar, aku tau dia anak bungsu. Tapi apakah dia masih berumur 12 tahun? Tolong lah, umurmu sebentar lagi 17 tahun. Tolong bersikap lebih dewasa.
Aku tau, menulis hal ini tidak baik. Aku juga tau aku belum sempurna. Terkadang aku ingin di dengar. Aku masih mengobrol berlama-lama bercerita tentang diriku pada orang lain. Aku juga sering seperti itu. Tapi aku pun mendengarkan orang lain. Setidaknya, aku sadar saat aku bicara terlau banyak.
Baiklah. Sekarang gini. Ga ada manusia yang sempurna. Tapi kita bisa mengubahnya menjadi hampir sempurna. Apa salahnya mendengar orang lain? Apa lagi temanmu sendiri. Apa susahnya mengakui kehebatan orang lain? Apa susahnya menahan otakmu yang sudah ingin menceritakan hal menarik pada seseorang?
Kita harus sadar. Kita itu bukan seseorang yang harus terus-menerus didengar (kecuali kau presiden, atau seseorang yang punya dayang yang tugasnya mendengarkanmu). Kita pun harus mendengarkan orang lain. Ga ada ruginya dengerin orang lain, loh.. Kamu bisa belajar dari keberhasilan dia. Atau kau bisa menghindari kesalahan yang ia lakukan.. Atau setidaknya, kau tau kabarnya. Sehingga kau bisa meresponnya. Bahkan kau bisa menghiburnya kalau dia sedang sedih atau marah.
Bayangkan, ketika kamu marah/sedih, lau kau ingin bercerita. Hanya membuang rasa sedih. Tapi yang ada, lawan bicaramu menceritakan kehidupannya yang begitu sempurna. Kau akan merasa dunia ini tak adil. Tapi ketika lawan bicara mendengarkan, lalu menghibur atau bahkan memberikan solusi, kau akan sangat tertolong. Beban terasa hilang, walau tidak semua. Tapi kau akan sangat berpikir bahwa dunia itu indah.
Jadi, kawan. Mulai lah bersikap sadar, sabar, dan sopan (wow, 3s yang lain). Maka kau akan mendapatkan hal yang indah.
Danke..
Padahal besok masih tes Muendlich A2. Sprechen test gituu.. moga aja bisa. tadi kan udah sempet latihan. hehehe..
Jadi, kenapa aku maksa pengen ngetik ini? Karena suatu hal di hari ini. Bisa di bilang, aku kayak lagi jelek-jelekin orang. Tapi aku gakan tulis nama. Dan aku pun tak berharap ia membacanya, kalo pun baca, moga dia bisa sadar. Aku hanya ingin memberi pengalaman untuk sedikit di pelajari.
Ok. Mari kita mulai.
Sebut saja Garam. Dia salah satu temanku. Teman baru. Teman yang mau gamau jadi teman. Yah, pokoknya dalam situasi ini kami berteman. Tadi siang, kami pulang bersama. Dan kebetulan, tadi bisa dibilang, kami nebeng sama teman lain yang lebih baru (maap ya, kalo pusing).
Kau pasti tau, rasanya orang nebeng? Apalagi sama yang baru kenal. Belum kenal deket, tapi untung banget kalo nebeng. Lagian, kali aja bisa lebih deket, kan? Rasanya, kalo aku, sedikit ga enak. Merasa harus menghargai orang tersebut. Yang punya mobil apalagi. Aku duduk disitu dengan jurus andalanku. Diam.
Tapi ya namanya juga temen baru (yang nebeng pula), aku dan si pemilik mobil mulai berbincang-bincang. Kebetulan, aku, si pemilik mobil dan temannya berasal dari wilayah yang sama. Setidaknya SMA kami masih dalam satu kota yang sama. Tapi si Garam tidak.
Garam ikutan mengobrol. Dia memberi tahu apa-apa yang dia ketahui. Hampir semua. Garam mulai mendominasi pembicaraan.
Aku? Diam. Tapi disana garam itu temanku. Aku hanya berkomentar sedikit. Tapi mataku melihat keluar jendela. Kedua temanku yang lain (pemilik mobil dan temannya), mulai bercerita tentang sekolah mereka yang dulu.
Dan itu berlangsung sampai aku dan garam turun. Aku langsung pulang. Tak mau terlibat dengannya jauh lebih banyak.
Aku tau dia ingin di dengar, aku tau sebelumnya dia selalu di dengar, aku tau dia anak bungsu. Tapi apakah dia masih berumur 12 tahun? Tolong lah, umurmu sebentar lagi 17 tahun. Tolong bersikap lebih dewasa.
Aku tau, menulis hal ini tidak baik. Aku juga tau aku belum sempurna. Terkadang aku ingin di dengar. Aku masih mengobrol berlama-lama bercerita tentang diriku pada orang lain. Aku juga sering seperti itu. Tapi aku pun mendengarkan orang lain. Setidaknya, aku sadar saat aku bicara terlau banyak.
Baiklah. Sekarang gini. Ga ada manusia yang sempurna. Tapi kita bisa mengubahnya menjadi hampir sempurna. Apa salahnya mendengar orang lain? Apa lagi temanmu sendiri. Apa susahnya mengakui kehebatan orang lain? Apa susahnya menahan otakmu yang sudah ingin menceritakan hal menarik pada seseorang?
Kita harus sadar. Kita itu bukan seseorang yang harus terus-menerus didengar (kecuali kau presiden, atau seseorang yang punya dayang yang tugasnya mendengarkanmu). Kita pun harus mendengarkan orang lain. Ga ada ruginya dengerin orang lain, loh.. Kamu bisa belajar dari keberhasilan dia. Atau kau bisa menghindari kesalahan yang ia lakukan.. Atau setidaknya, kau tau kabarnya. Sehingga kau bisa meresponnya. Bahkan kau bisa menghiburnya kalau dia sedang sedih atau marah.
Bayangkan, ketika kamu marah/sedih, lau kau ingin bercerita. Hanya membuang rasa sedih. Tapi yang ada, lawan bicaramu menceritakan kehidupannya yang begitu sempurna. Kau akan merasa dunia ini tak adil. Tapi ketika lawan bicara mendengarkan, lalu menghibur atau bahkan memberikan solusi, kau akan sangat tertolong. Beban terasa hilang, walau tidak semua. Tapi kau akan sangat berpikir bahwa dunia itu indah.
Jadi, kawan. Mulai lah bersikap sadar, sabar, dan sopan (wow, 3s yang lain). Maka kau akan mendapatkan hal yang indah.
Danke..
ketika kamu gak punya alasan untuk menyulai temanmu Si Garam itu,
ReplyDeletelet me tell u this:
1. gara-gara Si Garam, kamu jadi punya postingan baru kan (jempol buat Si Garam)
2. gara-gara Si Garam, kamu akan menjadi lebih baik kan, next time, kamu bakalan lebih menghargai orang dan gak mendominasi pembicaraan, karena kamu tau, orang lain juga ingin berbicara-dan didengarkan tentunya.. :)
3. masih bingung kenapa dia diciptain dan ditakdirkan satu mobil sama kamu? cuma untuk menguji kesabaran kamu Sis, Alhamdulillah kamu passed it, kamu sabar dengan gak mencela dia ato bilang 'besirik lu',...
That's my point of view...
Si Garam yang menyebalkan itu pun ternyata berguna ya buat kamu?
:)
Cheers..
-Mba Nie-
ps: keep posting and ajarin Mba bikin blog dong deeeeee... hehehehehehehehe
Danke schoen, mba..
ReplyDeleteiya, si garam berguna. Untukku bahkan mungkin untuk beberapa orang yang baca ini. hehe..
Ayo buat blog.. Ade-adenya pada udah niiih.. kakaknya kapan. hehehe..
si garam yahh? ...
ReplyDeletehahahaa kisah lama yg menggelitik untuk ditelusuri kembali...
#kepomode: on
XDDDDD
frauuuuu.. jangan begitu apa fraaauu... emang frau ngerti ya siapa si garam ini? hahahaha
Delete