Sunday, 25 July 2010

Untuk: Sheila, Icha, Imel dan Vega

assalamualaikum..
hari ini aku akan sedikit bercerita tentang penemuan barang-barang lama di kamar.

Hari ini aku coba benahi kamar yang ya-ampun-penuh-banget ini. Tadinya rada males, soalnya bakal lama banget. Tapi karena emang udah niat dari kemaren-kemaren, jadi harus di realisasikan.

Pertama aku ambil tumpukan buku dan kertas di pojok kamar. Hmm, lumayan berdebu. Aku ambil masker dulu. Aku pake masker, terus mulai sortir dengan tega. Ga ada lagi nyimpen buat di kenang. Buku-buku catetan SMA, kertas-kertas ulangan kelas X, buku catatan kelas 3F SMP (hah? aku kaget sendiri masih nyimpen benda itu), kartu-kartu ucapan selamat ulang tahun dari temen-temen SMA, SMP dan SD, surat-surat yang menurutku sekarang ga penting banget, dan lain-lain.

Yang paling buat aku kaget, adalah: Surat-suratan jaman SD sama sahabat.
Waktu itu kami lagi bertengkar. Sama sekali ga ngomong. Gara-gara laki-laki. Hahahaha.. Patut di tertawakan memang, tapi menurut kami hal itu (dulu) serius.
Suatu hari, sebut saja Sheila, dia memberiku surat. Yang intinya dari surat itu, dia tahu kalau aku suka sama cowok yang sama dengan yang dia suka. Sebut aja namanya Adit. Adit itu anak baru. Lucu, emang. Tembem. Hehehe..
Aku tau kalau Sheila emang suka sama Adit, walau Sheila ga pernah kasih tau. Maka aku hanya curhat sama Bona (nama samaran juga,cewek), yang juga anak baru.

Awalnya, semua lancar-lancar aja. Sheila dan aku sama-sama suka Adit (ya ampun cintamonyet banget)dan kami tetap main bareng. Tapi suatu hari, Sheila bener-bener agak menjauh dari aku. Aku stres, lalu kami surat-suratan. Sahabat kami yang lain ga tau kalo kami berdua surat-suratan.

Setelah (mungkin 10 kali) surat-suratan, akhirnya kami memutuskan untuk melupakan si Adit. Karena eh karena, si Adit-nya suka sama temen kita yang lain. Hahaha..

Di akhir kelas lima (iya, ini kejadiannya awal ato pertengahan kelas lima SD), aku baru tahu kalo ternyata Sheila tahu kalo aku juga suka sama Adit, dari Bona. Ya ampun. Persahabatanku jadi kacau gara-gara si Bona. Bona yang dulu aku percaya. Yang dulu aku kasihani karena dia anak baru yang aku takuti dia gakan punya temen. Aaaaaarggh. Aku salah cari teman.

Sekarang, saat ini. Aku yang disini namanya Karen, mau minta maap sama Sheila, Vega, Icha ma Imel. Aku salah waktu itu. Kenapa aku mau nurut aja sama Bona ya?
Mungkin sekarang Bona udah rubah (jadi rong-rong , mungkin). Aamin kalo emang udah rubah.

Buat Sheila, yang aku omongin tadi bukan Adit yang emang pacarmu sekarang kok, hehe.. Maap ya, namanya di pake. Tapi aku udah pake nama itu dari dulu, dari kamu (mungkin) belum kenal sama Adit mu yang sekarang. Hehehe..

Buat Imel, makasih.. Kalo ga salah, dulu kamu yang sadarin aku kalo Bona itu yang baik. (ya ampun, kalo ga salah)

Buat Icha, mungkin kamu ga pernah suka sama Bona. Aku juga sekarang masih ga suka. Makasih udah sadarin aku.

Buat Vega, kalo ga salah (lagi) kamu sama Imel yang ngomong langsung ke aku kalo Bona itu ga baik. Thanks, kawan..

Buat Sheila, Imel, Icha dan Vega. Aku : Karen, mau minta maaf dengan kejadian kelas lima itu. Aku selalu sayang kalian. Aku kangen banget sama kalian. Semoga perbedaan jarak ini ga aka rubah persahabatan kita.

Love,
Karen (Niwi)

»»  Read More...

Thursday, 15 July 2010

3S yang lain..

Assalamualaikum..
sik asik posting di tengah kesibukan. tapi emang tangan udah gatel banget pengen ngetik, si mata gamau merem karna si otak masih pengen ngeluarin yang dipikirin. hehehe..
Padahal besok masih tes Muendlich A2. Sprechen test gituu.. moga aja bisa. tadi kan udah sempet latihan. hehehe..

Jadi, kenapa aku maksa pengen ngetik ini? Karena suatu hal di hari ini. Bisa di bilang, aku kayak lagi jelek-jelekin orang. Tapi aku gakan tulis nama. Dan aku pun tak berharap ia membacanya, kalo pun baca, moga dia bisa sadar. Aku hanya ingin memberi pengalaman untuk sedikit di pelajari.

Ok. Mari kita mulai.
Sebut saja Garam. Dia salah satu temanku. Teman baru. Teman yang mau gamau jadi teman. Yah, pokoknya dalam situasi ini kami berteman. Tadi siang, kami pulang bersama. Dan kebetulan, tadi bisa dibilang, kami nebeng sama teman lain yang lebih baru (maap ya, kalo pusing).
Kau pasti tau, rasanya orang nebeng? Apalagi sama yang baru kenal. Belum kenal deket, tapi untung banget kalo nebeng. Lagian, kali aja bisa lebih deket, kan? Rasanya, kalo aku, sedikit ga enak. Merasa harus menghargai orang tersebut. Yang punya mobil apalagi. Aku duduk disitu dengan jurus andalanku. Diam.
Tapi ya namanya juga temen baru (yang nebeng pula), aku dan si pemilik mobil mulai berbincang-bincang. Kebetulan, aku, si pemilik mobil dan temannya berasal dari wilayah yang sama. Setidaknya SMA kami masih dalam satu kota yang sama. Tapi si Garam tidak.
Garam ikutan mengobrol. Dia memberi tahu apa-apa yang dia ketahui. Hampir semua. Garam mulai mendominasi pembicaraan.
Aku? Diam. Tapi disana garam itu temanku. Aku hanya berkomentar sedikit. Tapi mataku melihat keluar jendela. Kedua temanku yang lain (pemilik mobil dan temannya), mulai bercerita tentang sekolah mereka yang dulu.
Dan itu berlangsung sampai aku dan garam turun. Aku langsung pulang. Tak mau terlibat dengannya jauh lebih banyak.

Aku tau dia ingin di dengar, aku tau sebelumnya dia selalu di dengar, aku tau dia anak bungsu. Tapi apakah dia masih berumur 12 tahun? Tolong lah, umurmu sebentar lagi 17 tahun. Tolong bersikap lebih dewasa.

Aku tau, menulis hal ini tidak baik. Aku juga tau aku belum sempurna. Terkadang aku ingin di dengar. Aku masih mengobrol berlama-lama bercerita tentang diriku pada orang lain. Aku juga sering seperti itu. Tapi aku pun mendengarkan orang lain. Setidaknya, aku sadar saat aku bicara terlau banyak.

Baiklah. Sekarang gini. Ga ada manusia yang sempurna. Tapi kita bisa mengubahnya menjadi hampir sempurna. Apa salahnya mendengar orang lain? Apa lagi temanmu sendiri. Apa susahnya mengakui kehebatan orang lain? Apa susahnya menahan otakmu yang sudah ingin menceritakan hal menarik pada seseorang?

Kita harus sadar. Kita itu bukan seseorang yang harus terus-menerus didengar (kecuali kau presiden, atau seseorang yang punya dayang yang tugasnya mendengarkanmu). Kita pun harus mendengarkan orang lain. Ga ada ruginya dengerin orang lain, loh.. Kamu bisa belajar dari keberhasilan dia. Atau kau bisa menghindari kesalahan yang ia lakukan.. Atau setidaknya, kau tau kabarnya. Sehingga kau bisa meresponnya. Bahkan kau bisa menghiburnya kalau dia sedang sedih atau marah.

Bayangkan, ketika kamu marah/sedih, lau kau ingin bercerita. Hanya membuang rasa sedih. Tapi yang ada, lawan bicaramu menceritakan kehidupannya yang begitu sempurna. Kau akan merasa dunia ini tak adil. Tapi ketika lawan bicara mendengarkan, lalu menghibur atau bahkan memberikan solusi, kau akan sangat tertolong. Beban terasa hilang, walau tidak semua. Tapi kau akan sangat berpikir bahwa dunia itu indah.

Jadi, kawan. Mulai lah bersikap sadar, sabar, dan sopan (wow, 3s yang lain). Maka kau akan mendapatkan hal yang indah.

Danke..
»»  Read More...

Sunday, 11 July 2010

Sekolah Menengah Pertama

assalamualaikum...
hahahaha.. i'm back!
setelah perjalanan panjang melewati pegunungan, samudra yang luas, dan padang pasir..
hahaha, engga deng..
setelah semuanya selesai. ya. selesai.
selesai tes-tes-an. hhh.. akirnya.
tapii.. aku masih was-was juga sama hasilnya. apapun itu, semoga jadi yang terbaik aja yaaa.. aamiin.

Jadi, pada akirnya aku kembali berceloteh di BiruBicara ini. Kali ini aku lagi inget sama masa SMP ku. Saat itu, aku baru saja pindah ke jakarta, dan melepas jilbab SD-ku. Hmm, bukan keputusan yang baik kurasa. Tapi aku jadi punya pengalaman sekolah tanpa jilbab. Hihihi.. Bandel.

Kelas satu.
Aku ga ikut MOS. Aku lupa kenapa. Datang hari kamis, pake baju putih-merah. Minta buku ke koprasi, ditemenin Anti (Harjianti) sang ketua kelas. Duduk sebangku sama Anti, di belakang.
Aku juga punya temen-temen yang baik kayak: Anas (yang sempet jadi temen sebangku juga), Nitya (yang sama-sama punya darah sunda, dan jadi sobat), Julian (yang jadi temen sekelompok b.indo bareng Anas ma Edo, dan punya cerita khusus yang ga perlu di ceritain disini), Edo, Rian (Syahriandi), Tari, Faisal (Icank), Dedi, dan banyak banget yang lainnya.
Aku milih ekskul PASKIBRA. Ga kepilih untuk ikut OSIS. Tapi lumayan jadi rajin di kelas. hehe..
Oya, ikut latihan calung, dan tiba-tiba dipilih jadi mayoret calung. Lucu.

Bukan, ini bukan saya. Ini contoh memainkan calung.
Kelas dua.
Teman berganti. Aku punya teman dekat. Aku, Ferdina, Mayang, Indah, Mahda, Meri dan Amel sulit terpisahkan. Aku juga aktif di paskib (walau cuma di balik layar), dan OSIS. Udah mulai lupa apa yang terjadi di kelas dua ini. Tapi yang aku inget, aku udah mulai pengen tau apa yang namanya cinta itu. Hihihi..

Kelas tiga.
Sibuk mempersiapkan UAN. Makin akrab sama Ferdina. Sekelas lagi sama Julian (walau jadi ga akrab gara-gara kami ga bisa menyelesaikan masalah kami dari kelas satu). Dan berkenalan sama Dendie. Masalah organisasi makin berjalan, tapi mulai memberika beban sama junior yang pinter-pinter.

Garis besarnya, begitu.

Untuk organisasi.
PASKIBRA. Walau ga aktif jadi yang baris-berbaris di lapangan, aku lumayan aktif di organisasi nya. Dengan ikut paskib di SMP Hang Tuah 2 ini, aku jadi bisa lebih mandiri dan tegas. Aku jadi ga gampang nyerah dan kuat di dalam beberapa halangan. Aku belajar banyak dari Paskib ini. Termasuk belajar ga pilih-pilih makanan dan menghormati yang lebih tua.
OSIS. Sekretaris OSIS bersama Indrawan Putra (yang selalu sibuk). Seru banget, punya pengalaman dan kesempatan berharga di SMP. Tau kegiatan baru di sekolah, pulang agak sore, seru deh pokoknya. berguna banget. Aku gakan lupain gimana pembinaku (yang juga tetangga ku) membimbing aku, kak Aris. Juga kakak-kakak yang lain.
Salam PASKIBRA kak..

Untuk yang gak bisa di bohongin, cinta.
Mau ga mau, suka ga suka. Masa SMP-ku punya kenangan cinta 'monyet' juga. Sebagai anak yang labil, ga punya pendirian dan sangat ingin gamau-ketinggalan-jaman, aku jatuh cinta. Dan ga cuma sekali. Hehehe.. Tapi, sungguh.. Ternyata yang kurasa itu bukan cinta. Dan aku baru menyadarinya.
Aku mengenal cinta saat kelas satu. Dimana banyak dari teman dekatku punya pacar dan aku terseret pengen tau juga. Tapi juga berakir dengan cepat. Hihihi.. Lalu yang terakir, di kelas tiga. Dimana aku pacaran selama satu tahun lebih (berakir di kelas dua SMA).
Dan sekarang, aku sadar. Itu bukan cinta. Itu cuma sekedar keingintahuan anak SMP. Untung aku cepat sadar dan berhenti.

Kau tahu? Cinta itu bukan sekedar pacaran. Ada arti lain dari cinta, yang sampai saat ini belum ku temukan.

Halaaaaahh.. Bahasanyaaaa.. Cinta.
Hhhh.. Membosankan.

Intinya, masa SMP ku begitu rumit buat aku. Aku seolah terseret dalam dunia yang lain. Dunia remaja. Dan aku sudah melewati itu dengan melewati beberapa peristiwa yang aneh. Tapi, Ya Allah, terimakasih sudah memberiku pengalaman yang luar biasa itu. Terimakasih juga buat teman dan guru-guru ku. Kalian ga tau ya? Kalo bukan karena kalian, aku ga bisa bertahan sampai sekarang.

Sip deh, intinya gitu.
Sekarang, saya mohon dengan sangat doa dari pembaca (kalo ada yang baca), karena saat ini saya ada dalam masa galau dimana saya belum tahu kepastian masa depan saya. hehe..

Danke schoen..
»»  Read More...