Tuesday, 20 April 2010

Menigkatkan Adrenalin dengan Proposal

Assalamualaikumm...

Akhirnya waktu nge-blog ku datang. Walau masih ditunggu kerjaan lain. Hihihi..

Judulnya terlihat aneh ya? Biasanya kan orang meningkatkan adrenalin bukan dengan proposal. Apa kek gitu, naik halilintar atau tornado di Dufan, misalnya. Tapi bener loh. Ini fakta. Kalian tau kan, kalo adrenalin meningkat, biasanya ada rasa takut, rasa ingin berhenti dan rasa yang menggebu-gebu. Yaah, pokoknya gitu deh, bagi yang ga tau, silahkan sisihkan uang jajan dan pergi ke Dufan untuk naik Tornado, Kicir-kicir dan Halilintar. Setelah adrenalin meningkat dan selesai, akan ada kepuasan tersendiri yang timbul dengan sendirinya.

Hal itu akan dirasakan pada saat Anda membuat Proposal sungguhan. Proposal yang merupakan salah satu kunci kegiatan kita akan berlangsung. Terus ada dimana tantangannya? Dari awal pembuatan. Anda akan mulai berdebat dengan pikiran, hati dan semua orang yang berhubungan dengan proposal tersebut. Lalu pada saat meminta persetujuan dari orang-orang yang terkait. Walah, minta tandatangan aja bisa berhari-hari deh. Tapi, saat proposal disetujui, akan ada perasaan yang sangat menyenangkan.

Aku sudah pernah beberapa kali membuat Proposal. Makanya aku bisa nulis kayak tadi. Soalnya ada rasa yang lain saat buat proposal itu. Tahun lalu, saat masih aktif di Organisasi sekolah, aku sering mendapat tugas untuk membuat proposal acara kami. Pada awalnya, rasanya susah sekali membuatnya. Terkadang aku takut untuk memulainya. Kenapa? Aku belum siap untuk menghadapi rintangannya. Padahal cuma buat proposal aja.

Selalu, ketika membuat Proposal, harus beberapa kali mengulangnya, karena salah ketik misalnya. Atau ketika sang ketua sudah setuju dengan proposal itu, malah Sang Pembina yang protes dengan konsep acara kami. Atau ketika pembina sudah setuju, ada perubahan jadwal akademis dari sekolah. Atau, masalah dengan kepala sekolah, beliau selalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak selalu di tempat, dan membuat kami menunggu dan menunda jadwal pergerakan panitia sampai proposal di setujui.

Ada kalanya, air mata jatuh dari kami, karena begitu kesal dengan alasan-alasan kecil sehingga yang bersangkutan tidak menyetujui proposal kami. Ada kalanya kami loncat-loncat kegirangan karena proposal kami disetujui. Mungkin Anda juga pernah merasakan hal yang sama.


Teman-teman yang satu Organisasi denganku juga turut merasakan hal itu. Kalau kalian baca ini, dan mengingat satu tahun terakhir kita, pasti akan terkenang tahun kedua kita di SMA tercinta itu. Saat acara-acara di sekolah seperti 'HEBEMOREF', GOE, MOS atau acara besar kita di luar sekolah, seperti JAMSIS dan LDKS. Dimana kita sedikit melupakan kewajiban kita sebagai pelajar dan anak. Hihihi..

Sebenarnya kami sudah membuat laporan pertanggungjawaban di organisasi kami itu, tapi aku dan beberapa temanku masih saja ngurusin satu proposal terakhir kami di SMA. Proposal Buku Tahunan. Dan kami masih dalam tahap memacu adrenalin. Hihihi.. Doakan kami ya.. Karena perbedaan pendapat dengan sang Pembina, proposal pertama kami yang kemarin di tolak dan kami di 'cerewetin'. Hari ini, kami akan ajukan Proposal yang sudah di perbaiki sesuai kemauan beliau, tapi tanpa merubah konsep kami. :)

Semoga yang kali ini tidak akan seburuk proposal pertama saya, saat seleksi adik-adik kelas yang mau masuk Organisasi kami. Saat itu, proposal tidak sempat di 'acc' oleh kepala sekolah. Sehingga acara terlihat ilegal. Tapi acara itu memang di haruskan oleh pihak sekolah kok. Maaf ya pak kepala. Terutama maaf dariku untuk ketua acra tersebut (afa). Maaf ya, jeng..^^

Udah dulu ya, saya harus mempersiapkan diri untuk menghadap pembina. Semoga berhasil.

Ingat, sesuatu tidak akan sia-sia jika kita memang benar-benar mengerjakannya. Dan kita akan benar-benar mengerjakannya apabila, kita mencintai pekerjaan tersebut. Maka, cintailah pekerjaanmu.
»»  Read More...

Sunday, 18 April 2010

Nama Panggilan

Hai! Wie geht's?

Hihihi.. Udah sok-sok'an nge-Jerman niih. Tapi lebih baik kalo sambil belajar kan? Soalnya bentar lagi udah mau masuk belajar bahasa Jerman nih. Persiapan kalau jadi kuliah di Jerman (Kaalo ga keterima disini). Dan tadi aku cek jalur, waktu dan medan yang harus ditempuh untuk perjalanan dari rumah (kebayoran) sampe ke tempat dimana aku akan belajar Bahasa Jerman (daerah matraman). Lumayan jauh, cape dan memakan sedikitnya waktu 1 jam untuk nyampe kesana. Harus bangun lebih pagi nih artinya. Hehe...

Kenapa judul yang sekarang 'Nama Panggilan'. Aku juga bingung sesungguhnya. Sebenernya aku mau ngebahas masalah perbedaan nama panggilan beberapa benda dari pengalamanku yang pernah hidup di Tasikmalaya dan Jakarta. Mungkin gara-gara tadi pagi, sebagai seorang perempuan, aku bantuin mama goreng Perkedel Jagung.

Ya. Perkedel Jagung inspirasiku saat ini. Tau kan perkedel jagung? Itu loh, makanan yang terbuat dari jagung, yang udah di 'ulek' sedikit, terus dicampur pake tepung, telur, dan beberapa bahan 'rahasia' lainnya.. Nah, tau kan sekarang?

Memang, beberapa orang menyebutnya Bakwan Jagung. Itu dia! Beda kan sebutannya!?! Di Tasik aku menyebutnya Perkedel Jagung. Tapi, sewaktu aku bawa perkedel jagung untuk makan siang, temanku (ati, nuril, tania) yang sering makan bekal bersama (padahal udah SMA), PROTES dengan sebutan 'Perkedel Jagung'.

Aku bingung. "Terus apa dong namanya?", dengan lugunya aku bertanya. Dan mereka menjawab kompak sekompak-kompaknya "BAKWAN Jagung, tauu..". Aku diam, merenung, dan kembali makan. Bakwan kan yang isinya sayuran gitu kan? Inikan isinya cuma Jagung! OK. Jagung pake tepung dan lain-lain. Tapi beda dong sama bakwan?!

Udah itu aku jadi inget juga, kalo yang di maksud dengan bakwan itu, Bala-Bala. Tau ga bala-bala? Ya gitu deh, sama kayak bakwan nya Jakarta. Sayuran yang teridi dari kurang lebih kol, wortel, terus apalagi gitu aku lupa, dicampur tepung, telur, dan bumbu rahasia lainnya terus digoreng. Sama kan sama bakwan?? Nah, yang aku tau selama di Tasikmalaya ku tercinta itu, yang namanya bakwan itu, ya bakwan. Bahannya emang ga beda jauh. Bedanya, bakwan itu pake udang diatasnya, dan bentuknya teratur. Ga kayak bakwan di Jakarta ini, bakwan di Jakarta aku kenal dengan sebutan bala-bala.

Tau gak kenapa bala-bala? Bala dalam bahasa sunda, berarti 'berantakan' dalam bahasa indonesia. Memang begitu kan? Bala-bala yang ku kenal, memang bentuknya sedikt berantakan. Dan mungkin dilihat dari campuran sayurannya yang di campur begitu aja. Tapi, walaupun terlihat 'berantakan', bala-bala masih The Best buatku.

Nah, sekarang jadi inget perbedaan sebutan lainnya. Cukup sering di perdebatkan olehku dan teman Jakarta ku, atau aku dengan tukang sayur di Jakarta, atau mamah dengan tetangga-tetangga baru di Jakarta. Hemm.. Habisnya Bawang Daun ini mengundang banyak perdebatan.


Ya. Saya terima kalau Anda pun menyebutnya Daun Bawang. Tapi saya, bingung bukan main saat tau kalo saya selama ini salah menyebut daunnya-bawang sebagai 'bawang daun'. Ngerti kan maksud ku?

Bawang daun (sampai seterusnya aku akan menyebut-nya 'bawang daun') BUKAN daun-nya bawang. Kita tau kan, ada daun pepaya, daun singkong, daun mangga, dan daun-daun lainnya dari pohon-pohon yang bernama sama dengan buahnya. Tapi bawang daun bukan Daunnya Bawang (berapa kali tuh aku nulis kalo bawang daun, bukan daunnya bawang?).

Dan untuk bawang. Kita kenal sama bawang merah, bawang putih, bawang bombay, dan bawang daun (maap kalo ada bawang yang lupa disebutin). Nah! Bawang daun kan? Dari bau nya yang pedes kayak bawang-bawang lain, kita semua tau, kalo bawang daun adalah bawang, yang berbentuk daun. Jadilah Bawang Daun. Sama seperti pemberian nama bawang yang warnanya merah. Jadi 'Bawang Merah'. Ya gak?

Hahaha.. Pengen ketawa liat postingan kali ini. Maaf-maaf ya kalo emang salah ngomong, saya manusia yang patut diasalahkan kok. Tapi saya akan bersikukuh untuk memanggil mereka dengan sebutan Perkedel Jagung, Bala-bala, dan Bawang Daun.

Walau untuk bala-bala agak susah ya kalo di pake pas mau beli gorengan. Nanti malah ribet. "Bang, beli bala-bala 5 ribu ya..". Terus si abang bertanya "Apa? Ga jual laba-laba neng..". Dan aku akan menunjuk sang Bakwan. Terus si Abang gorengan ketawa dan ngomong "Itu namanya Bakwan, neng..". Dan aku menjelaskan kisah Bala-bala dari awal. Terus Bakwan si Abang gosong gara-gara dengerin cerita saya yang seru bin mantab tentang si Bala-bala.

Hahaha.. Sudahlah. Ini Indonesia. Banyak perbedaan bahasa gak apa dong, karena tujuan kita akan tetap sama (amiin). Yap, silahkan deh kalo mau kritik dan saran. Bebas.

Danke.
Auf Widersehen..

»»  Read More...

Friday, 16 April 2010

Tasikmalaya, Jakarta, atau ...?

Tasikmalaya, 28 Maret 1992
Inilah letak kota Tasikmalaya
Saya lahir ke bumi ini. Kata mama, sore itu mau magrib di bulan puasa. Papa dan kakak ku lagi beli makanan buat di buka puasa di rumah sakit, naik becak. Dan saya lahir saat itu. Tak lama, orang tua saya tercinta memberikan nama buat anak barunya. Niwiarti. Walaupun cuma kebalikan dari nama kakak saya, Winiarti, tapi saya merasa bangga. Bukan bangga pada saat itu ya.. Saat itu saya cuma bisa nangis.

Yang saya ingat, saya sekolah di TK dan SD yang satu yayasan. Dengan yayasan yang sama, saya punya sahabat yang sama juga di TK dan SD itu. Rutinitas anak TK dan SD, ya gak jauh-jauh dari rumah dan sekolah. Sahabat saya dari TK itu, bernama Femi. Kami anak satu komplek yang dilahirkan di tahun yang sama. Kenapa kami bisa disekolahkan di Yayasan yang sama? Karna mama kami, berteman. Bersama Femi di TK, saya bisa belajar mengucap huruf 'R'.

Sekolah dasar yag terletak di samping TK pun memikat hati mama ku dan mamanya Femi untuk mendaftarkan kami kesitu. Dan hasilnya, aku dan Femi sekelas lagi sampai kelas 6. Tapi hidup kami ga berdua aja kok. Kami juga berteman, bahkan bersahabat dengan Anna, Resti juga Nadia. Cita-cita, angan, harapan, suka, canda, tawa, duka, ga akan aku lupakan. Mereka sahabat ku tercinta. Dan aku dan keempat sahabatku juga sudah mulai mengenal 'cinta' saat itu. Cinta Monyet, kata mama.

Ga tau mau gambarin betapa bahagianya aku hidup di Tasik dengan cara apa lagi. Tenang, damai, sawah hijau, sawah kuning, kebun bambu depan rumah yang kadang-kadang mengirin 'hewan peliharaannya' ke rumahku, SD ku yang kucintai yang ada di jalan Sutisna Senjaya, Becak yang keliaran di jalan HZ atau di Dadaha. Bioskop yang waktu itu ga pake studio, Nasi TO (Tutug Oncom) yang di suguhkan dengan bala-bala dan gehu. Ahhhh.. Kenangan itu..

Iya. Itu sedikit kenangan masa lalu aku. Ketika aku lulus SD dan kakaku lulus SMA, kami sekeluarga pindah ke Jakarta. Kami pindah karena papa punya kerjaan baru di Jakarta. Kalu kelulusan sekolah, pasti ada perpisahan kan? Saat itu, aku benar-benar berpisah dengan teman-temanku. Perpisahan itu, bukan hanya perpisahan sekolah dan kami akan bertemu lagi di SMP, tapi jadi perpisahan aku yang akan pergi dan melanjutkan hidup di Jakarta. Salah satu cita-cita kami untuk satu kelas lagi di SMP pun lenyap.

Hidup ku, kulanjutkan di Jakarta.

Malam hari di Ibu Kota
Jakarta sudah terkenal dengan macet dan panasnya. Aku ngambek. Sempat aku ga mau sekolah. Alasan utamanya, karena aku ingin sekolah di Tasik. Alasan lain yang kuciptakan juga banyak. Aku pengen sekolah di SMP Negeri. Tapi apa daya, pendaftaran SMP Negeri di Jakarta sudah di tutup. Dan dengan saran seorang teman papa, aku di sekolahkan di SMP Swasta di daerah Jakarta Selatan. Tepatnya jalan Laut Ambon. Alasan lain, Jakarta panas. Alasan selanjutnya, SMP ku itu sangat jauh dengan rumah ku di Slipi, Jakarta Barat. Huaaah.. Mau nangis kalo inget Betapa jauhnya rumah ku dengan sekolah ku. Alasan lainnya, aku mau sekelas dengan teman-teman ku.

Memang, alasan terakhir itu, sangat alasan anak kecil yang gatau diri. Tapi itulah kenyataannya.
Dan mama akhirnya memutuskan untuk pindah rumah ke Jakarta Selatan, tak jauh dari TPU Tanah Kusir dan Pasar Kebayoran Lama. Dan akhirnya, aku bisa menikmati bersekolah di SMP itu. Aku pun segera punya teman dekat. Sahabat yang selalu bersama di dua tahun terkhir ku di SMP. Aku juga di ajarkan untuk jadi seorang anak bangsa yang mandiri di SMP ku tercinta itu.

Bersama sahabat ku itu, salah duanya, Ferdina dan Mayang, aku belajar memilih pergaulan yang baik untuk hidup di Jakarta yang kejam. Dan aku berhasil lulus dari ujian hidup kala remaja labil, dan tentunya, lulus juga dari masa SMP, dan melanjutkan hidup di SMA Negeri.

Akhirnya aku berhasil bersekolah di SMA Negeri. Habisnya tinggal SMA, kesempatan ku untuk mencicipi sekolah berstatus Negeri. SMA yang tidak jauh dari rumah dan SMP ku yang dulu. Di jalan Delman Utama, aku melanjutkan hidupku.

Tiga tahun yang diawali tahap berkenalan denga Puji di tangga merah, tidak akan kulupakan. Satu tahun awal yang kulalui dengan masa perkenalan SMA, bersama Puji, Bilqis, Citra, Galuh, Tania dan teman-teman X3 lainnya yang tak bisa kusebutkan semua disini. Tahun kedua yang menguras waktuku untuk kegiatan di OSIS dan KIR bersama Uci, Ade, Loresti, Puji(lagi), juga ga akan kulupakan.

Aku juga ga akan lupain suatu hari dimana Oyong di ciptakan. Entah kenapa bisa oyong, aku sampai sekarang masih bingung. Suatu hari jumat, di jembatan lantai tiga itu loooh.. Puji, Bilqis, Marsya, Abi, Diko, Rio dan Josh. Kalian begitu berarti untukku. Terimakasih.

Ada Oyong, dan teman-teman SMP yang masih terus menghubungi aku, akupun merasa sangat nyaman untuk tinggal di Jakarta. Jakarta terasa begitu menantang ketika aku di temani mereka, aku selalu ingin terus mencari tahu lebih banyak tentang jakarta. Tapi, sekarang aku baru selesai UAN SMA. Yang artinya, aku harus kuliah. Dan aku sepertinya tidak akan berkuliah di Jakarta.

Sedih harus menulis ini. Tapi tak lama aku akan meninggalkan Jakarta. Itu kenyataan yang memang harus dihadapi. Itu salah satu cara untuk mencapai cita-citaku yang sesunggguhnya. Walau harus mulai beradaptasi lagi. Walau aku harus mulai dari awal lagi, aku yakin, suatu saat nanti, saat kita semua sudah dewasa dan menjadi manusia yang sesungguhnya (amin), pasti kita akan bertemu lagi. Pasti suatu hari kita akan bahagia.

Entah itu di Tasikmalaya, Jakarta, Bandung, atau mungkin di negeri orang. Dimana pun kita, aku akan berusaha untuk menjadi yang terbaik. Aku yakin kalian juga berpikiran yang sama dengan ku. Yakinlah dengan itu kawan. Karna semua jagat raya ini sama. Milik Allah yang Maha Esa.
»»  Read More...

Postingan pertama

Assalamualaikum..

Saya baru kali pertama nih buat blog. BiruBicara memang diciptakan untuk mengeluarkan seluruh isi pikiran dan hati saya (ok. Mungkin ga semua akan keluar disini). Tentang hidup saya, bahagia saya, sedih, tangis, duka, cinta, keluhan, unek-unek, mungkin akan saya tulis disini. Saya juga akan tulis inspirasi-inspirasi kecil saya disini.
Karna masih sebagai pelajar SMA, saya mohon kemakluman Anda dalam berbicara (menulis) di blog ini. Tunggu postingan saya berikutnya ya..


»»  Read More...